Seperti kemarin kantin kelas XII ramai oleh pengunjung yang dominan kaum hawa. wangi semerebak akan menyambut ketika menginjakkan kaki dikantin, apalagi kalau bukan tingkah dari para siswi yang kena sindrom murid baru itu. Para siswa yang tidak dapat duduk tentu saja mengeluh dengan adanya kejadian aneh dan langkah ini. Cuma ada satu hal yang membuat kantin menjadi penuh kaum hawa dengan berbagai gayanya, dan itu adalah ulah dari seorang Gabriel Stevent Damanik, siswa baru yang katanya pindahan dari Batam, kulit khas Indonesianya terlihas eksotis, dengan senyum manisnya membuat siapapun yang melihat itu jadi panas-dingin, dan bukti itu akan sangat disetujui oleh GabFC, sekumpulan manusia yang dominan kaum hawa mengatas namakan sebagai pengemar seorang Gabriel Stevent Damanik.
Ajaib, baru dua hari Gabriel atau yang biasa disapa Iyel menginjakkan kakinya di Kusuma Bangsa ia sudah punya fans dan itu tersebar dari kelas X sampai kelas XII. Pembawaan Gabriel yang memang ramah itulah yang menjadi tolak ukur mereka menyukai Gabriel, ditambah dengan senyum manis yang senantiasa terpasang diwajah tampannya.
Agni mengernyit heran, melihat kantin kelas XII yang penuh bukan hanya siswa kelas XII melainkan juga dari kelas X dan XI. Ia mengalihkan pandangannya pada Shilla yang sedang sibuk dengan novelnya, kebiasaan Shilla baca novel diwaktu senggang walaupun itu sedang dijalan menuju kantin seperti sekarang. Saat ini mereka sedang berada didepan pintu kantin, dan dari sini mereka bisa melihat jelas segerombolan siswi yang mengelilingi satu bangku. Perlahan Agni dan Shilla menerobos kerumunan itu dan akhirnya berhasil.
“Ada apaan sih Shill? Rame banget” tanya Agni sambil sedikit berjinjit mencoba melihat apa yang membuat kantin itu menjelma menjadi pasar malam.
“Paling juga ulah GabFC” jawab Shilla singkat, tanpa beralih dari novelnya. Agni mengernyit, GabFC? Pikir Agni heran, menatap Shilla yang masih sibuk dengan novelnya.
“GabFC? Apaan tuh Shill? Klub bola ya?” tanya Agni polos, kali ini mengalihkan pandangannya pada Shilla, Shilla menutup novelnya dan menatap Agni gemas.
“Itu nama buat fansnya si Gabriel Ag, masa’ lo ngga tau sih” jawab Shilla, mereka mulai mencari tempat duduk setelah mendapatkan pesanan mereka.
“Gabriel??? Siapa tuh? Kok gue baru denger ya” Agni menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba mengingat adakah siswa Kusuma Bangsa yang bernama Gabriel, tapi hasilnya nihil. Shilla menoyor temannya itu gemas, Agni mengelus kepalanya pelan.
“Lo gimana sih Ag? Masa’ ngga tau Gabriel? Dia anak baru dikelas kita. Makanya pikiran lo itu jangan ke Cakka mulu” cerocos Shilla panjang lebar, Agni tersipu sendiri mendengar nama Cakka disebut Shilla barusan. Tapi detik kemudian ia kembali berpikir, mencoba mengingat makhluk dikelasnya.
Agni menepuk jidat perlahan, “Oh, yang duduk sama Debo itu ya? Setau gue Debo kan kemaren-kemaren duduk sendirian” ujar dan tanya Agni, Shilla mengangguk setuju dan mulai menyantap pesanan mereka.
“Eh iya Ag, tumben lo ngga bareng Cakka” ujar Shilla ditengah kegiatannya menyantap batagor pesanannya tadi. Agni mengangkat bahunya perlahan.
“Ngga tau, lagi di lapangan kali. kan emang biasanya dia maen footsal sama yang lain” jawab Agni cuek, menikmati bakso dihadapannya, sesekali terlihat ia meniup asap yang mengepul dari baksonya itu. “Kenapa Shill? Tumben nanyain, kangen Ray ya” ujar Agni memandang Shilla dengan polosnya, Shilla menatapnya garang, agni nyengir garing melihat ekspresi menyeramkan Shilla.
“Sembarangan aja lo” seketika kepala Agni menjadi korban toyoran Shilla lagi, Agni meringis sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya._.V. Shilla melengos melihatnya.
Tanpa dua orang gadis ini sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka. Bukan mereka, Melainkan hanya seorang diantaranya, hanya gadis manis yang berkulit tidak jauh beda dengan warna kulitnya, rambut diikat asal dan senyum manis hanya dengan menarik ujung bibirnya itu yang sedari tadi diperhatikannya sampai-sampai ia mengabaikan sejumlah gadis lain yang mungkin lebih cantik dari gadis itu, mengelilingi tempat ia duduk sekarang. Pemuda ini ikut tersenyum, ketika gadis manis itu juga tersenyum disana. Apakah ia jatuh cinta? Semenjak pertemuan pertama mereka kemarin, dengan dihiasi adegan tabrakan membuatnya tidak bisa menyingkirkan wajah manis gadis itu dari ingatannya. Gabriel –pemuda itu- mengepalkan tangannya, wajahnya berubah menjadi agak merah ketika melihat Agni -gadis manis- itu tertawa lepas bersama pemuda lain –Cakka- yang notabenenya adalah pacar Agni. Tapi ada yang berbeda dari tatapan Gabriel, itu bukan tatapan cemburu melainkan tatapan dendam. Dendam yang teramat baginya.
“De, itu siapa sih?” akhirnya Gabriel berani bertanya pada Debo yang menemaninya saat ini.
“Yang mana?” Debo mengalihkan pandangannya menuju arah yang ditunjuk Gabriel, debo mengernyit, agak bingung siapa yang dimaksud Gabriel, karena disana ada sekitar lima orang.
“Itu tu, cewek manis sama cowok yang gaya harajuku gitu” Gabriel memperjelas siapa yang dimaksudnya sambil menunjuk kearah Cakka yang saat itu mengelus kepala Agni lembut.
“Ouw, Agni maksud lo?” Debo mencoba meyakinkan Gabriel, Gabriel menatap Debo kemudian terlihat berpikir, “Ya kalo yang lo maksud cewek manis itu yang rambutnya diikat asal…. itu emang Agni, nah yang disebelahnya itu Cakka, cowoknya” jelas Debo, kembali menyibukkan diri dengan santapannya, tanpa ada yang mengetahui Gabriel tersenyum penuh arti sambil terus menatap pemandangan ‘romantis’ beberapa meter didepannya.
***
Kusuma Bangsa kembali dibuat heboh. Seperti biasa, Kusuma Bangsa mengadakan battle footsal antar kelas, dan itu dilakukan setiap akhir pekan, dimana setiap ekskul tidak memiliki jadwal dan menjadi kesempatan mereka untuk menonton olahraga yang menjadi favorit di Kusuma Bangsa, khususnya untuk siswa. Selain untuk menunjukkan skill mereka dalam mengocek bola, footsal Kusuma Bangsa juga jadi ajang unjuk gigi bagi siswa yang memang memiliki tampang diatas rata-rata. Siswa Kusuma Bangsa lebih dominan ke sepak bola dan footsal daripada basket, Kusuma Bangsa juga unggul dibasket tapi anehnya itu hanya untuk klub basket putri yang notabenenya diketuai oleh seorang Alyssa Saufika Umari atau yang lebih akrab disapa Ify, kapten tim basket putri memiliki shoot mematikan yang lawan berpikir berkali-kali untuk tidak menjaga ketat Ify ketika bertanding dan jika sudah melakukan three point, 75 % bola itu sudah dipastikan masuk.
Tim yang bertanding hati ini dari kelas XII IPA 2 dan XII IPA 3, yah sepanjang sejarah, pertemuan kedua kelas ini memang lebih dominan ke XII IPA 3 yang dipimpin oleh Cakka, striker sekaligus kapten dengan keunggulan di tendangan kaki kirinya. Tapi ada yang berbeda dari para pemain kelas XII IPA 2, mereka terlihat tenang-tenang saja biasanya jika sudah berhadapan dengan XII IPA 3, mereka sudah uring-uringan sendiri.
Wasit (dadakan) –satpam sekolah- terlihat memasuki lapangan, ditangannya sudah ada pluit. Terlihat dari kedua belah pihak yang bermain sudah bersiap dipinggir lapangan, menunggu sang wasit meniupkan pluitnya.
Priiiiiiittttttt….
Pluit sudah dibunyikan, para pemain sudah berada dilapangan. Kelas XII IPA 2 diwakili oleh Debo, Lintar, Dayat, Sion, Goldi dan… Gabriel. Para GabFC berteriak histeris ketika melihat idola mereka berdiri ditengah lapangan, Gabriel hanya tersenyum melihatnya. Sedangkan kelas XII IPA 3 diwakili oleh Riko, Alvin, Ray, Kiki, Patton dan… Obiet. Para pendukung kelas XII IPA 3 mengernyit heran, kemana Cakka?, mungkin begitu pikiran mereka ketika tidak melihat keberadaan Cakka ditengah lapangan dan digantikan oleh Obiet. Debo maju sebagai kapten XII IPA 2 dan dari kelas XII IPA 3 diwakili oleh Alvin. Mereka berdiri berhadapan, disamping mereka ada wasit yang seperti biasa menjelaskan peraturan permainan. Wasit mengeluarkan koin, mereka memilih dan setelah dilempar kelas XII IPA 3 yang berhak melakukan kick off pertama. Sebelum kembali ke tempat mereka, keduanya saling bersalaman. Alvin dan Riko siap melakukan kick off. Wasit menganggkat tangan, dan…Priiiiiiiitttttt….Pluit dibunyikan kembali, segera saja Alvin dan Riko melakukan kick off.
***
“Kok kamu nganterin aku sih Kka? Ngga ikut main” tanya Agni, sedikit heran ketika Cakka lebih memilih mengantarnya daripada bertanding footsal, salah satu kesukaannya. Saat ini mereka sedang berada di café Cakka waktu itu, ketika akan mengantar Agni pulang, tiba-tiba Cakka berputar arah menjadi menuju ke cafénya.
“Masa’ iya aku ninggalin kamu sendiri sih Ag, mana kamu pucet gitu lagi” jawab Cakka singkat cukup membuat Agni terdiam, bingung bagaimana menjawab pernyataan Cakka barusan.
“Kan aku bisa nunggu kamu Kka, sayang banget kamu ngga main. Denger-denger si Gabriel ikut main, katanya sih dia lumayan jago main bolanya” jelas Agni, Cakka menngernyitkan dahinya, heran. Selama bersekolah di Kusuma Bangsa, baru kali ini dia mendengar nama Gabriel.
“Gabriel…???” ujar Cakka seolah memastikan, Agni mengangguk yakin. “Gabriel siapa? Kok aku baru denger ya” lanjut Cakka, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Yaiyalah Kka kamu baru denger, Gabriel itu murid baru dikelas aku. Aku aja tadi taunya dari Shilla. Kata Shilla sih si Gabriel itu malah udah punya Fans Club sendiri lho Kka, namanya kalo ngga salah GabFC” cerocos Agni semangat, Cakka menatapnya penuh selidik, Agni merasa risih diperhatikan seperti itu oleh Cakka. “Kamu kok ngeliatinnya gitu banget sih Kka?” tanya Agni, cukup ngeri dengan pandangan Cakka tadi.
“Kamu kok semangat banget sih Ag ngejelasin tentang si Gabriel-Gabriel itu, mana tau lagi nama Fans Clubnya, jangan-jangan kamu ikut juga ya di Fans Club si Gabriel itu” ceplos Cakka, menatap Agni masih dengan pandangan penuh selidik, Agni tersenyum geli melihat reaksi Cakka.
“Rencananya sih gitu Kka, menurut kamu gimana?” jawab dan tanya Agni, balik menggoda Cakka, Cakka yang mendengar itu langsung manyun.
“Ngga boleh” potong Cakka cepat, sorot matanya mengatakan bahwa ia tidak ingin hal itu benar-benar terjadi, melihat Agni tau tentang Gabriel itu aja Cakka udah ketar-ketir, gimana kalo Agni beneran ikut GabFC?, Cakka tidak bisa membayangkan hal itu.
“Hahahahah, kamu lucu banget sih Kka. Ya, ngga mungkinlah aku ikut yang kaya’ gitu, ngga penting amat sih. Hahahaha” ujar Agni tertawa lepas melihat reaksi Cakka barusan, Cakka menatap Agni takjub, jantungnya bekerja diatas batas normal ketika melihat Agni tertawa seperti sekarang, momen yang akan selalu tersimpan baik di memory otak Cakka. “Kenapa diem??” tawa agni seketika berhenti ketika Cakka menatapnya seperti itu.
“Ngga, Cuma mau liat kamu ketawa aja. Ternyata lebih manis ya” ujar Cakka, masih menatap Agni dengan pandangan yang… seperti mengisyaratkan kalau gadis dihadapannya ini benar-benar ‘wah’. Agni speechless mendengar penuturan Cakka tadi, tiba-tiba suasana hening menghampiri mereka, yang terdengar hanya desahan napas keduanya. Cakka masih diposisi semula, menatap Agni takjub, sedangkan Agni? Mencoba mengalihkan pandangannya dari Cakka dan sedikit meredam kerja jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang. Lama, mereka dalam posisi seperti itu, sampai akhirnya…
“Bos, didepan ada mas Deva” teriakan Lintar, salah satu kariawan Cakka di Kka’s World, kontan membuat keduanya tersentak dan tersadar suasana yang aneh barusan. Cakka berdiri kemudia berjalan keluar dari ruangannya menghampiri Deva yang sudah ada didepan dengan Mbak Zahra –pengasuh Deva-.
“Deva kok kesini? Tumben banget ngga ngasih tau kak Cakka dulu” tanya Cakka pada Deva yang sibuk dengan cokelatnya, Deva menatap Cakka kemudian tak lama merentangkan tangannya, minta digendong Cakka. Cakka tersenyum dan langsung menggendong Deva.
“Depa bosen dirumah, makanya kesini” jawab Deva singkat, masih sibuk dengan cokelat ditangannya. Cakka tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
“Oh iya mbak, Mbak Zahra pulang aja, biar ntar Deva pulang bareng Cakka” ujar Cakka pada Mbak Zahra, Mbak Zahra mengangguk kemudian berjalan keluar café yang sudah terlihat ramai itu. “Dev, kakak punya kejutan buat kamu” ujar Cakka, Deva mengernyitkan dahinya, kejutan apa?, pikirnya. Detik kemudian Deva mengangguk antusias, cukup penasaran dengan kejutan dari kakaknya itu. Cakka tersenyum melihat reaksi Deva, kemudian mengajak Deva masuk ke ruangannya, tempat dimana Agni menunggu. “Tuh, liat siapa?” ujar Cakka sambil menunjuk gadisnya yang sedang berdiri membelakangi dirinya dan Deva, Deva kembali mengernyit heran, tak lama gadis itu berbalik dan sedikiit tersentak dengan kedatangan Cakka dan Deva, Agni -gadis itu- tersenyum manis melihat Deva. Deva membalasnya.
“Kak Agni…!!!”teriak Deva semangat, Cakka sampai harus menjauhkan telinganya ketika Deva berteriak tadi. “Turunin Depa kak” perintah Deva, Cakka langsung menurunkan adiknya itu, seketika Deva langsung menghampiri Agni yang sudah berjongkok, menyamakan tingginya dengan Deva sambil merentangkan tangannya. Langsung saja Deva memeluk Agni dengan manjanya. Cakka tersenyum melihat adegan didepannya, tidak menyangka, padahal Deva dan Agni baru satu kali bertemu tapi seperti sudah kenal lama, dan aneh bagi Cakka, biasanya Deva cukup susah untuk akrab dengan orang baru, tapi dengan Agni? Mereka terlihat sangat akrab. “Depa kangen sama kak Agni” ujar Deva, masih berada dipelukan Agni, Agni tersenyum.
“Kak Agni juga kangen sama Deva” balas Agni, sedikit merenggangkan pelukannya.
***
Cakka disambut dengan tatapan tajam dari hampir seluruh penghuni kelasnya yang ‘amazing’ itu, Cakka mengernyitkan dahinya. Sedikit heran dengan apa yang dilakukan teman-temannya, dengan pandangan bingung dan penuh tanda tanya, Cakka berjalan menuju bangkunya yang terletak disudut sebelah kiri sambil sesekali menoleh kearah teman-temannya. Ada apa dengan teman-temannya itu?, pikir Cakka, masih tidak habis pikir kalau kelas ‘amazing’ bisa diam dengan kompak. Cakka menatap kedua sahabatnya dengan pandangan yang sama, penuh tanda tanya.
“Kenapa sih? Tumben diem” tanya Cakka, langsung duduk dibangkunya yang berada tepat disebelah Alvin, Alvin mengalihkan pandangannya dari komiknya pada Cakka, kemudian menghela napas.
“Kemaren kita kalah, anak-anak pada nyalahin lo. Karna kemaren lo lebih milih nganter Agni daripada tanding” jelas Alvin, Cakka kembali mengernyitkan dahinya.
“Kok bisa sih, biasanya walaupun ngga ada gue kita masih menang. Apalagi lawannya IPA 2” ujar Cakka sangsi dengan penjelasan Alvin. Alvin mengangkat bahu perlahan kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya, membaca komik.
“Kemaren mereka ngajak si Gabriel. Gila tuh anak mainnya keren banget Kka, dia aja top scorer” celetuk Ray, tanpa mengalihkan pandangan dari PRnya.
“Gabriel???” ujar Cakka. Ray dan Alvin serentak mengangguk mantap.
“Mainnya sebagus lo Kka, gue aja ngga nyangka. Wajar aja kemaren anak-anak IPA 2 keliatan tenang-tenang aja. Biasanya kan mereka gelisah kalo udah lawan kita. Wajar aja sih kalo kemaren mereka malah santai banget. Ternyata mereka punya senjata rahasia” cerita Ray panjang lebar, Cakka jadi penasaran sendiri bagaimana sosok Gabriel itu sebenarnya?, kemarin Agni yang cerita soal Gabriel dan fansnya itu, sekarang Ray juga cerita soal Gabriel itu tentang hebatnya dia main bola.
“Ngelamun aja lo, noh Miss. Angel udah masuk” ceplos Alvin, sambil menyimpan komiknya dan mulai serius menyimak materi yang diberikan Miss Angel.
“Udahlah, gue lagi males belajar, gue duluan sob. Met tidur ya” bukannya ikut menyimak penjelasan Miss Angel, Cakka lebih memilih pergi ke dunia mimpinya. Kelas yang sudah menjelma jadi pasar tradisional itu, tidak sedikitpun mengurangi niat Cakka untuk menjelajahi dunia mimpinya itu.
***
“Kka…” panggil Agni sambil menggoyangkan tangan Cakka. Saat ini mereka sedang berada di kantin, tentu saja dengan Shilla, Ray dan Alvin yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
“Ehmmm” hanya itu yang keluar dari mulut Cakka, tangan sebelah kirinya bertugas untuk menopang kepalanya, matanya terpejam.
Ternyata tidur dari bel masuk berbunyi sampai istirahat tidak mengurangi rasa ngantuk yang menyerangnya. Merasa tidak mendapat tanggapan, Agni berhenti memanggil Cakka, ia malah melipat tangannya didada sambil menggelembungkan pipinya, BT juga kalau diabaikan seperti itu. Cakka yang merasa tidak ada lagi gangguan mencoba membuka sebelah matanya, melihat kearah Agni yang masih diposisi semula, tangan dilipat didepan dada sambil manyun,
Cakka tersenyum tipis melihatnyam, lucu banget kalo lagi ngambek gitu, batin Cakka.
“Ngambek mbak???” goda Cakka, sepertinya rasa ngantuk yang tadi menyerangnya sudah pergi entah kemana.
“Ngga” ketus Agni tanpa mengubah posisinya, Cakka tersenyum lebar melihat gadisnya itu manyun. Tidak tahan melihat ekspresi lucu Agni itu, tangan Cakka sudah gatal untuk mencubit pipi chubby Agni. “Aww,… ih… Cakka apaan sih. Sakit tau” gerutu Agni melepas tangan Cakka, kemudian mengelus pipi chubby-nya yang sudah merah akibat ulah Cakka. Bukannya takut, Cakka malah tersenyum lebar.
“Hati-hati aja lo, Ag. Cakka emang sering sembarangan kaya’ gitu, siap-siap aja lo jadi korban dia terus” ceplos Ray asal, Agni menatap Cakka sangsi, langsung saja Ray mendapat hadiah toyoran gratis dari Cakka.
“Jangan percaya Ag, si Ray bo’ong tu” ujar Cakka manyun, Agni terkekeh pelan melihat ekspresi Cakka seperti itu.
“Ag, pulang ntar jadi ngga?” tanya Shilla yang daritadi sibuk dengan BlackBerrynya, Agni mengernyitkan dahinya, Shilla menatap Agni garang, seolah mengingatkan Agni, cukup lama Agni larut dalam pikirannya sendiri, detik berikutnya ia menepuk jidatnya perlahan.
“Jadi dong, diirumah Gabriel kan?” jawab dan tanya Agni, Shilla mengangguk pasti. Cakka menatap kedua cewek dihadapan ini dengan bingung.
“Emang mau kemana Ag? Pake janjian segala” ujar Cakka, terlihat jelas ada nada tidak suka ketika ia bertanya barusan.
“Mau ke rumah Gabriel, kita….” Belum selesai Agni ngomong, Cakka langsung motong dengan tatapan penuh selidiknya.
“Mau ngapain ke rumah si Gabriel itu?” tanya Cakka langsung saja menghadap Agni yang duduk disebelahnya.
“Ngga mau ngapa-ngapain, Cuma kerja kelompok doang. Kebeneran aku, Shilla, Debo sama Gabriel itu satu kelompok, dan rencananya kita mau bikin tugasnya dirumah Gabriel” jelas Agni panjang lebar kemudian menyeruput jus mangga dihadapannya.
“Bener ngga ngapa-ngapain?” Cakka kembali meyakinkan, Agni menatapnya malas sekaligus gemas, ngga percayaan amat sih, pikir Agni.
“Iya Cakka sayang…” jawab Agni dengan penuh tekanan dalam nada bicaranya, Cakka menghela napas sedangkan ketiga temannya yang menyaksikan itu hanya menggelengkan kepala. Ternyata Cakka over protective juga, mungkin seperti itu yang terlintas dipikiran ketiganya.
Lama mereka terdiam dan larut dalam pikiran dan fantasi masing-masing. Beberapa siswa menatap mereka penuh tanya dan kagum, tidak biasanya Tom and Jerry Kusuma Bangsa tidak lagi bertengkar, hal itu membuat para pedagang dikantin mengelus dada lega, setidaknya mereka tidak perlu cemas ada piring atau gelas yang pecah akibat ulah kedua manusia itu. Mereka masih terdiam, tapi juga bingung. Jam istirahat harusnya sudah berakhir dari 20 menit yang lalu, tapi sampai sekarang bel belum juga berbunyi.
“Eh, kok lo semua pada denger bel bunyi kaga? Kok dari tadi ngga bunyi-bunyi ya” ujar Ray sambil menatap layar BlackBerrynya, memastikan bahwa ia tidak salah liat jam.
“Iya juga sih, ini kan udah lebih dari 20 menit” sambung Alvin, sesekali melihat ke sekelilingnya, masih rame, pikir Alvin.
“Eh Ko, ada apaan sih? Kok belum bel daritadi” tanya Cakka pada Riko yang kebetulan llewat dihadapannya. Riko mengernyit heran.
“Lo semua ngga denger tadi ada pengumuman guru-guru pada rapat?” tanya Riko seolah meyakinkan, kelimanya kompak menggeleng. Riko berdecak, “Makanya jangan pacaran mulu lo Kka” ceplos Riko polos, kontan Cakka menoyor Riko pelan.
“Sialan lo, kaga ada hubungannya sarap”
“Eh, ada lagi. Ini dia akibatnya, gara-gara keasyikan pacaran lo kaga denger pengumuman” ujar Riko tidak mau ngalah, Cakka menggaruk belakang telinganya, iya juga sih, batin Cakka, kemudian nyengir. Riko melengos kesal, kemudian meninggalkan kelimanya.
“Agni, hidung lo berdarah” teriak Shilla tercekat menatap pemandangan dihadapannya, kontan Cakka, Ray dan Alvin menatap kearah Agni.
Benar saja, hidung Agni terus mengeluarkan darah, Cakka menatapnya kemudian dengan segera mengambil tisu yang ada diatas meja untuk mengelap darah yang sudah mulai menetes mengotori rok sekolah Agni, Cakka membantu Agni mendongakkan kepalanya, berharap bisa sedikit menghentikan laju darahnya. Agni sendiri awalnya tidak sadar kalau bukan karena teriakan Shilla barusan, Agni memejamkan matanya, pandangannya mulai berkunang, Agni sedikit limbung. Untung saja Cakka yang berada tepat disebelahnya segera menahan tubuh Agni agar tidak jatuh.
“Ag… kita ke UKS aja ya” tanpa menunggu jawaban Agni, Cakka langsung menggendong Agni. Melihat Cakka melakukan hal gentle seperti itu, tentu saja membuat semua penghuni kantin yang melihatnya jadi histeris, khususnya para cewek. Ray, Shilla dan Alvin mengikuti Cakka dari belakang, mereka juga sama cemasnya melihat keadaan Agni.
Tanpa ada yang tau, ada dua pasang mata yang menatap adegan ‘romantis’ itu dengan kesal dan penuh amarah. Keduanya kompak mengepalkan tangan mereka, dipikiran mereka sudah terlintas berbagai cara untuk menghancurkan keduanya, sepertinya rasa tidak suka dan dendam mereka sudah mendarah daging, tidak bisa dipisahkan apalagi dihilangkan begitu saja. Mereka larut dalam pikiran masing-masing dan detik kemudian tanpa mereka sadari mereka tersenyum sinis kompak, sepertinya mereka sudah menemukan cara untuk menghancurkan atau setidaknya membalaskan dendam mereka.
***
“Agni kenapa?” tanya Rahmi, cewek berjilbab yang jadi salah satu anggota PMR. Sedikit terkejut melihat Agni yang berada digendongan Cakka masuk ke UKS, raut cemas terpancar jelas diwajah tampan Cakka.
“Kita juga ngga tau Mi, tiba-tiba si Agni mimisan trus pingsan gini” jelas Shilla bergetar, tidak tega melihat kondisi sahabatnya seperti itu.
Rahmi mengangguk mengerti, kemudian mencoba membersihkan sisa darah yang masih berada disekitar hidung Agni, perlahan Rahmi mulai mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Agni, berharap itu bisa menyadarkan gadis manis ini. cukup lama, mereka sempat tegang karena Agni belum juga menunjukkan kondisi kalau dia akan sadar. Wajahnya terlihat pucat pasi, suhu badannya juga agak meninggi. Rahmi semakin cemas, sepertinya usahanya untuk membangunkan Agni sia-sia, tapi semuanya bernapas lega ketika Agni mulai mengerang dan sedikit mengerjap.
“Agni kamu ngga apa-apa kan?” tanya Cakka memastikan keadaan gadisnya itu baik-baik saja. Agni hanya mengangguk lemah sambil tersenyum tipis.
“Nih Ag, minum dulu” ujar Rahmi, tiba-tiba saja sudah datang dengan segelas teh hangat ditangannya. Agni bangkit dari posisi tidurnya dibantu Cakka, kemudian minum teh pemberian Rahmi barusan, setelah itu Agni kembali ke posisi semula. Berguling dibed UKS.
“Yaudah, kamu istirahat aja Ag. Kita juga ngga mungkin masuk kelas lagi, ini aja tinggal nunggu bel pulang” perintah Cakka, Agni kembali mengangguk pelan kemudian perlahan memejamkan matanya, mencoba sedikit mengurangi rasa sakit dikepalanya. Cakka duduk dikursi yang berada disebelah bed tidur Agni, tangannya mengelus kepala Agni perlahan, matanya menatap Agni sayu seolah ia bisa memberikan kekuatan dengan itu.
“Kka, kita duluan ya. Sekalian mau ngambil tas lo berdua” ujar Alvin, menepuk bahu Cakka perlahan, Cakka mengangguk tanpa menatap kearah Alvin. Matanya masih menatap Agni yang sepertinya sudah tertidur, terdengar dengkuran halus.
Sepeninggal Ray, Shilla dan Alvin. Cakka masih diposisinya semula, mengelus kepala Agni pelan. Entah mengapa ketika melihat Agni seperti tadi, darah yang mengucur deras dari hidungnya, jantung Cakka serasa berhenti berdetak, otaknya serasa beku, ia seperti orang linglung, bingung ingin melakukan apa untuk menolong gadisnya itu. Tiba-tiba rasa bersalah merasuk dalam pikiran dan hati Cakka, ia tidak ingin melakukan kesalahan lagi, cukup sekali. Cakka menghela napas, kembali dilihatnya Agni yang masih terpejam, kemudian ia tersenyum manis menatap wajah polos gadisnya itu ketika tertidur, lebih cantik dan manis dari biasanya, tanpa Cakka sadari perlahan wajahnya mulai mendekat kearah Agni, Cakka sudah bisa melihat bulu mata Agni yang panjang dan lurus itu, semakin mendekat sampai akhirnya Cakka seperti tersadar, seketika ia menjauhkan wajahnya dari wajah polos Agni, kemudian menggeleng cepat. Gila, gue mau ngapain tadi, batin Cakka, masih menggelengkan kepalanya. Tanpa Cakka sadari Agni menatap Cakka sambil mengernyitkan dahinya, kenapa Cakka geleng-geleng, pikir Agni.
“Kka, kamu kenapa? Geleng-geleng gitu” tanya Agni pelan tapi sanggup membuat Cakka tersentak kaget, hampir terjungkal dari kursi tempatnya duduk.
“Astaga Ag, kamu ngagetin aja deh. Hampir aja aku jatuh tadi” ujar Cakka sambil mengelus dadanya perlahan, mencoba menetralisir rasa kagetnya. Agni semakin mengernyitkan dahinya. “Eh, kamu udah sadar Ag. Ada yang sakit ngga?” tanya Cakka sepertinya baru menyadari kalau Agni sudah sadar.
Agni menggeleng perlahan, “Ngga kok Kka. Eh iya, yang lain kemana?” tanya Agni, ketika melihat UKS yang sepi itu.
“Yang lain pada ke kelas, kan bentar lagi bel jadi mau sekalian ngambil tas” jawab Cakka, Agni mengangguk perlahan. Tak berapa lama, bel tanda pulang berbunyi, dan Ray datang bersama Alvin sambil membawa tas Cakka, selang beberapa menit kemudian Shilla yang datang sambil membawa tas Agni.
“Thanks ya” ujar Cakka dan Agni serentak, ketiganya pun mengangguk kompak.
“Emmm Ag, kerja kelompok kita gimana? Lo masih mau ikut?” tanya Shilla.
“Ngga boleh, Agni harus istirahat” potong Cakka cepat sebelum Agni menjawab pertanyaan Shilla. Agni mengalihkan pandangannya menatap Cakka.
“Yah kok gitu sih Kka, ngga bisa dong. Lagian aku ketuanya, masa’ aku ngga dateng sih” bujuk Agni dengan puppyeyes-nya.
“Sekali ngga, tetep ngga” ujar Cakka tetap pada pendiriannya, Agni mendengus kemudian tersenyum penuh arti.
“Ayolah Kka, kok kamu gitu sih. Kamu ngga kasian ntar aku dimarahin trus dihukum keliling lapangan atau ngga hormat tiang bendera gara-gara ngga buat tugas trus…” belum selesai Agni mengajukan lagi bujukannya, Cakka sudah mendekap mulutnya kemudian mendengus kesal. Ia selalu tidak tega jika Agni seperti itu.
“Yaudah deh, tapi aku yang nganterin kamu” putus Cakka final, Agni hanya mengangguk. Daripada ngga pergi sama sekali, pikir Agni.
“Buruan Ag, Debo sam Gabriel udah nungguin di parkiran” ajak Shilla, Agni mengangguk kemudian mereka semua melangkah meninggalkan UKS.
Perjalanan menuju ke tempat parkir, kelimanya terlibat pembicaraan seru. Sesekali mereka terlihat tertawa atau saling mengejek, tanpa mereka sadari mereka sudah berada dekat daerah parkiran. Cakka terpaku pada satu titik, tepatnya seseorang yang duduk di CBR hitamnya, caranya duduk mengingatkan Cakka pada seseorang. Cakka menggeleng, tidak mungkin, dia tidak mungkin ada disini, pikir Cakka.
“Hei, sorry ya lama” tegur Shilla pada dua orang pemuda yang duduk dimotor masing-masing, keduanya kontan menoleh. Cakka terbelalak lebar menatap pemuda itu.
“Dia….” Batin Cakka.
To be continued... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar