see? It's the 2nd Part :)
Selamat Menikmati!!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Agni
menatap kosong apa yang berada dihadapannya saat ini. Setengah jiwanya
seolah menghilang ketika melihat pemandangan dihadapannya saat ini.
Agni terpaku dan terdiam ditempatnya. Bagaimana tidak? Pemandangan
dihadapannya ini bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, malah
sebaliknya. Pemandangan dihadapannya ini sangat amat memalukan. Cakka
bodoh, umpat Agni sambil tetap menatap lurus kearah keadaan kamar Cakka
yang hancur, sepertinya kamar Cakka baru saja terkena tsunami lokal,
dengus Agni sambil berjalan masuk ke kamar Cakka.
Jujur
saja, sebenarnya Agni malas masuk ke daerah privat Cakka ini, terlalu
banyak barang berharga disini dan Agni tidak mau mendapat masalah hanya
karena keteledorannya menyebabkan semua barang-barang berharga Cakka
itu hancur ditangannya. Kembali Agni menghela nafas berat. Ya Tuhan,
tabahkanlah hambamu ini, do’a Agni sebelum dirinya mulai menggembalikan
keadaan kamar Cakka sepperti semula, rapi dan bersih.
Terlihat
Agni menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya. Sudah hampir dua jam
gadis manis ini berkutat dikamar Cakka, tapi masih saja tidak mengubah
sedikitpun keadaan kamar itu menjadi lebih baik. Agni mendengus kesal,
apa dosa yang dilakukannya dulu sehingga dirinya harus berhadapan
dengan makhluk sejenis Cakka Ferdinand itu!
“Dasar Cakka
bodoh!!! Sebenarnya apa yang dilakukannya? Membuat kamarnya ini
menjelma menjadi kapal pecah? Oh God, aku tidak bisa membayangkan jika
fans Cakka mengetahui kebiasaan buruk idola mereka ini. Akankah mereka
masih memuja Cakka? Kuharap mata hati mereka segera terbuka”
Walaupun
Agni melakukannya dengan terpaksa dan-sedikit- tidak ikhlas, tapi gadis
manis ini tetap menjalankan tugasnya membersihkan kamar majikannya itu.
Huh, andai saja dulu Agni tidak memiliki hutang budi kepada orang tua
Cakka, mungkin saat ini Agni bisa menikmati hidupnya dengan tenang dan
nyaman, tentu saja tanpa gangguan pemuda menyebalkan itu.
***
Pemuda
tampan ini sedikit mengernyitkan dahinya ketika mamasuki rumah mewah
itu. Tidak biasanya rumah mewah itu terlihat sepi dan tidak bernyawa,
biasanya aka nada keributan kecil dari assistentnya, Agni. Cakka
mencoba mencari keberadaan Agni ditempat biasa gadis itu sering
menghabiskan waktunya tapi hasilnya nihil, Cakka tidak menemukan
keberadaan gadis manis itu.
Cakka mendengus pelan,
sedikit kesal karena tidak juga menemukan keberadaan Agni dirumah mewah
itu. Jujur saja, hati kecil Cakka merasa sedikit khawatir. Yah, hanya
sedikit dan tidak akan pernah lebih, doktrin Cakka pada dirinya sendiri.
“Kemana
gadis bodoh itu? Apa dia pergi keluar bersama Rio? Jika itu benar,
lihat saja apa yang akan kulakukan ketika dia pulang” pikiran bodoh itu
tiba-tiba melintas dipikiran Cakka, entah mengapa itu menjadi suatu
ketakutan tersendiri baginya. Jujur saja, dirinya tidak menginginkan
itu terjadi.
Cakka melangkahkan kakinya dengan langkah
besar memasuki kamarnya, dan pemuda ini harus kembali mengernyitkan
dahinya ketika melihat pemandangan dihadapannya ini. “Hei bukankah tadi aku meninggalkan kamar ini dalam keadaan hampir hancur?”
perlahan Cakka mulai memasuki kamarnya lebih jauh lagi dan sontak
pemuda tampan ini langsung membelalakan matanya ketika melihat
seseorang, lebih tepatnya seorang gadis dengan penampilan yang bisa
dikatakan ‘buruk’ sedang terbaring dilantai kamarnya. “Apa yang dilakukan gadis bodoh itu dikamarku?”
Jarak
antara Cakka dan Agni –gadis bodoh yang dimaksud Cakka- semakin
mendekat, Cakka kembali mengernyit ketika mendengar dengkuran halus
terdengar dari gadis manis itu. Hei, apakah semua ini dilakuan oleh
gadis bodoh itu? Batin Cakka sambil melihat ke sekelilingnya. Perlahan,
Cakka tersenyum sumberingah melihat keadaan kamarnya yang berbalik 180
derajat dengan keadaan ketika dirinya meninggalkannya barusan.
Masih
dengan tersenyum Cakka mendekati Agni yang terlihat sangat kelelahan.
Yah, Cakka bisa mengetahui itu, bukan hanya dari ekspresi gadis itu
tapi juga dari keringat yang masih mengaliri pelipisnya, padahal kamar
Cakka terpasang pendingin.
Perlahan Cakka menunduk, dan
mengangkat tubuh mungil itu, berniat memindahkan tubuh mungil Agni ke
kamarnya. Well jujur saja, Cakka tidak tega melihat gadis itu terbaring
dilantai kamar Cakka tanpa alas satupun.
***
Agni
merasakan tubuhnya melayang, di alam bawah sadarnya Agni mengernyit
heran. Apa yang terjadi pada tubuhnya? Bagaimana mungkin dirinya
merasakan melayang padahal Agni tidak memiliki keahlian terbang atau
sihir manapun. Perlahan Agni mengerjap, membuka mata hitamnya itu
dengan perlahan.
Ternyata benar, Agni bukan hanya merasa
melayang, tapi memang benar-benar tidak menyentuh tanah. Agni
mengalihkan pandangannya dan mata hitamnya itu sontak terbelalak
melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Cakka menggendong
dirinya!!! Catat baik-baik, Cakka menggendong Agni!
Cakka
yang merasakan ada pergerakan dari Agni sontak menunduk, mencoba
menatap Agni dan seketika Cakka terbelalak melihat apa yang
dihadapannya saat ini. Agni terbangun, Cakka yang terkejut sontak
terdiam dan melepaskan gendongannya dan…
BUKK….
“CAKKA
BODOOOOOOOH. Apa yang kau lakukan? Membuat tulangku patah? Hah?” Agni
bangkit dari tempatnya semula dan mendelik kearah Cakka. Cakka masih
terdiam, detik kemudian pemuda tampan itu berbalik dan berjalan
meninggalkan Agni yang terdiam, tidak percaya dengan reaksi Cakka
barusan. “Dasar bodoh!!!” umpat Agni sambil terus mengelus tulang
belakangnya yang terasa nyeri. Dengan rasa sakit yang masih tersisa,
Agni melangkahkan kaki menuju kamarnya yang tepat berada disebelah
kamar Cakka.
***
Rio mengernyit memandang
gadis manis dihadapannya ini, tidak seperti biasanya Agni –gadis manis
yang dimaksud Rio- hanya terdiam dan terlihat lesu. Hei, ada apa
dengan gadis manis ini? Apa yang membuatnya terdiam seperti ini.
Sungguh, lebih baik aku melihatnya berteriak seharian daripada harus
terdiam seperti ini, batin Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari Agni yang masih termangu diam ditempatnya.
“Agni…”
untuk kesekian kalinya Rio mencoba mengalihkan pandangan gadis itu, yah
setidaknya membuat Agni membuka suaranya. Rio mendengus kesal ketika
dirinya harus bisa menerima kenyataan bahwa Agni sama sekali tidak
mempedulikan panggilannya. “CLARISA AGNIA” Rio berteriak tepat
ditelinga Agni, membuat gadis itu seketika tersentak dan menatap tajam
kearah Rio. “Apa?” tantang Rio, “Jangan salahkan aku kalau baru saja
aku hampir membuatmu tuli. Kau tau? Hari ini kau aneh” jujur Rio,
membuat Agni seketika mengalihkan pandangannya kembali pada Rio.
“Aku
aneh?” tunjuk Agni pada dirinya sendiri, sontak Rio mengangguk. “Apa
yang aneh dariku? Aku tetap Agni, Clarisa Agnia. Memang apa yang
membuatmu mengatakan kalau aku aneh?” Rio kembali mendengus mendengar
penuturan ‘polos’ itu. Ya Tuhan, dengus Rio.
“Kau aneh,
Agni. Kau tau? Hari ini kau lebih terlihat seperti zombie”Agni
mengernyitkan dahinya setelah mendengar penjelasan Rio barusan. Benarkah aku seperti zombie?,
batin Agni bertanya. “Sudahlah. Lupakan apa yang aku katakan padamu
barusan. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun” Rio bangkit
dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan Agni. Agni yang
ditinggal sendirian di kantin saat itu masih terdiam, entah apa yang
menganggu pikirannya saat ini.
***
“Hari
ini kau akan menghadari sebuah acara musik disalah satu stasiun tv,
disana kau akan menyanyikan lagu di segmen 2 dan 5. Pada segmen ke 3
kau akan ‘bermain’ bersama mereka dan…” Cakka mendekap mulut Agni yang
seketika langsung membuat gadis itu terdiam. Agni mendelik ganas kearah
Cakka seolah berkata ‘hei!!!’
“Bermain? Apa maksudnya
itu?” seketika Agni tersenyum dan melepaskan dekapan Cakka. Gadis manis
itu menatap Cakka dengan pandangan yang –jujur saja- Cakka tidak tau
apa artinya.
“Yah bermain. Mereka akan mengadakan semacam
games, aku sendiri tidak tau apa games itu, disana kau harus menjadi
salah satu peserta dan akan bertanding melawan bintang tamu yang lain
tapi menurut kabar yang aku dapatkan, mereka akan mengadakan semacam
games untuk pasangan…”
“PASANGAN” teriakan Cakka itu kontan membuat Agni terdiam dan menatap Cakka dengan heran. Hei, ada apa dengannya? Berlebihan sekali reaksinya,
pikir Agni. “Aku tidak mau” seketika Agni terbelalak. Bagaimana mungkin
Cakka menolak jika jadwal itu sudah dari jauh hari disusun dan Cakka
sendiri telah menandatangani kontraknya.
“Kau harus mau,
bodoh. Kau mau dituntut lagi hah??” Cakka terdiam mendengar teriak Agni
barusan. Yah, Cakka memang pernah dituntut karena tidak mau menghadiri
acara, padahal Cakka sudah menantangani kontrak dan menerima uang
mukanya. Agni menatap Cakka menantang, Cakka yang melihat itu hanya
mendengus kemudian mengangguk terpaksa. “Bagus” Agni tersenyum senang
melihat reaksi Cakka barusan, detik kemudian gadis manis itu sudah
berlari ke kamarnya meninggalkan Cakka yang masih terdiam ditempatnya
semula.
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar