Minggu, 22 April 2012

One Thing #3rd

see? It's the 3rd Part :)

Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Cakka mengerang kesal ditempatnya, bagaimana mungkin gadis itu kembali lagi? Ingin rasanya Cakka langsung pergi ketika melihat wajah cantik itu, tapi sayangnya Cakka sudah terikat kontrak dan harus melakukan apa yang sudah diatur dalam acara itu.

Well, saat di acara musik itu Cakka harus rela menahan rasa kesal dan emosinya ketika berhadapan dengan gadis cantik itu. Jujur saja, dari hati yang paling dalam, Cakka sangat enggan melihatnya. See? Jangankan melihatnya, mendengar namanya saja Cakka sudah enggan, tapi lagi-lagi Cakka harus terpaksa menuruti semua skenario acara itu.

Agni mengernyitkan dahinya heran, sejak acara itu selesai, tidak seperti biasanya Cakka lebih banyak berdiam diri. Agni mencoba mendekati Cakka, mencoba mencari tau apa yang menyebabkan majikannya itu menjadi aneh seperti ini.

“Jangan sekarang, Ag. Gue lagi pengen sendiri” Agni sampai harus bergidik mendengarnya, baru kali ini gadis manis itu mendengar nada bicara Cakka yang terdengar dingin. Agni mengangguk sekilas, detik kemudian gadis manis ini berbalik dan mulai pergi meninggalkan Cakka dan pikirannya –Cakka-. Cakka menghela nafas berat setelahnya.

“Mau ngapain lagi lo kesini? Apa masih kurang lo nyiksa gue selama ini? Cakka tersenyum sinis mengingatnya, bagaimana mungkin gadis cantik itu kembali setelah 3 tahun mereka tidak berjumpa. Well, Cakka bukan hanya sekedar menggenal gadis manis diacara music itu (yang tentunya seorang artis) tapi Cakka sangat amat mengenal gadis itu, termasuk wataknya. “Damn! Buat apa lagi lo balik kesini? Mau ngancurin gue buat yang kedua kalinya? You Wish, beb” sinis Cakka sambil menatap layar iPhone keluaran terbarunya, terlihat jelas pemuda tampan ini sedang menatap sebuah foto dirinya dan gadis cantik itu, gadis masa lalunya dan gadis yang baru saja dilihatnya dan bersamanya diacara music itu. “It’s Show Time, baby. Lo yang bakal ancur ditangan gue” Cakka kembali tersenyum sinis, entah mengapa hari ini pemuda tampan ini terlihat tidak bisa menahan emosinya. Emosi masa lalunya.

***

“CAKKA BANGUUUUUUUN” untuk kesekian kalinya Agni harus berteriak dikamar yang luas itu, bagaimana tidak? Saat ini jam dinding yang bertengger disalah satu sudut kamar itu sudah menunjukkan hampir pukul 7 pagi dan Cakka masih tertidur pulas dikasur empunya itu. Ya Tuhan!!! Agni mengerang kesal melihat tingkah majikannya ini. “Cakka banguuuun. Heh kebo, bangun ngga lo??? 5 manit lagi lo ngga bangun? Jangan salahin gue kalo gue nyiram lo” Agni berbalik, berniat mengambil air dari kamar mandi yang berada disudut kamar mewah Cakka. Tapi belum terlalu jauh Agni melangkah, gadis manis itu harus menghentikan langkahnya ketika dirasakan sesuatu menahan lengan mungilnya. Agni mendengus kesal.

“Bisa diem ngga sih lo? Brisik banget deh. Ngga sadar ya kalo suara lo itu cemprengnya ngalahin tikus kejepit?” Cakka terduduk dan menguap beberapa kali, mencoba mengembalikan sisa-sisa nyawanya yang hilang ketika dirinya tertidur barusan. Cakka menatap Agni yang masih berdiri disampingnya, Cakka mengernyit heran melihat gadis manis itu terdiam. “Aneh” pikir Cakka sambil terus menatap Agni intens.

“Lo bisa lepas ngga nih tangan?? Gue mau keluar, bego!” Cakka tersentak kemudian melepaskan tangan Agni yang sedari tadi dipegangnya. Agni mendengus melihat kelakuan bodoh majikannya itu, detik kemudian gadis manis itu berbalik dan melangkah meninggalkan Cakka yang masih terdiam ditempatnya semula.

***

Hening yang nyaris sempurna menyeliputi dua manusia ini. Yah, sejak mereka memulai perjalanan ini, tidak ada suara yang mereka buat (bicara) kecuali music yang mengalun lemah dari playlist pemuda tampan itu. Sesekali Cakka melirik kearah gadis manis yang duduk diam ditempatnya. Sejak kapan gadis manis itu hobi berdiam diri? Biasanya selama perjananan mereka menuju sekolah, mereka selalu berdebat atau setidaknya, Agni dengan sabar membacakan semua jadwal yang akan dilakukan Cakka nantinya.

“Heh…” Cakka mencoba menghilangkan hawa aneh disekitar mereka, Agni yang awalnya menghadap keluar jendela, sedikit tersentak dan berbalik menghadap Cakka. Cakka yang tidak menyangka reaksi refleks Agni itu, seketika bingung dan salah tingkah. ‘Lo bego banget sih Kka’ gerutu Cakka sambil sesekali melirik kearah Agni. Agni hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh Cakka barusan. “Jadwal gue hari ini apaan?” akhirnya, setelah mencoba mencari bahan pembicaraan, Cakka dengan terpaksa mengucapkan salah satu kalimat yang dibencinya: menanyakan jadwalnya hari ini.

Agni mengernyit, tidak biasanya Cakka bertanya tentang jadwalnya hari ini, Agni mengakat bahunya perlahan, acuh pada keingintauannya tentang pertanyaan Cakka yang ‘ajaib’ itu, “Ngga ada, Cuma lo harus dateng ke acara award ntar malem dan lo masuk ke kategori Penyanyi Pendatang Baru Terfavorit” datar, satu kata yang menggambarkan intonasi Agni barusan, kontan membuat Cakka mengernyit. Detik kemudian Cakka menyeringai penuh arti dan menatap gadis manis disampingnya itu, “Apa?” Agni yang risih dengan tatapan Cakka itu mencoba bertanya.

“Lo harus ikut bareng gue” Agni menghelas nafas kesal mendengar penuturan Cakka barusan, ‘Bukannya gue selalu ikut ya?’ batin Agni heran, “Bukan sebagai assisten gue tapi PASANGAN gue” seketika Agni menganga lebar mendengar penjelasan Cakka barusan. Jujur saja, Cakka hanya bisa menahan tawanya melihat reaksi yang ditimbulkan gadis manis disampingnya ini. “Ngga ada penolakan” see? Kalau Cakka sudah berbicara seperti itu, otomatis Agni harus menurutinya, ‘Terpaksa’ batin Agni miris.

***

Rio kembali mengernyit heran melihat Agni yang hanya berpangku tangan tanpa menyentuh makanannya sedikitpun, ini kesekian kalinya Rio melihat gadis manis itu terlihat tidak bersemangat. Ada yang aneh, pikir Rio sambil terus menatap Agni seksama. ‘Nih bocah kenapa sih? Tumben banget diem. Sepi lagi dah gue’ gerutu Rio sambil melirik kesal kearah Agni.

“Ag, ngomong dong. Bosen gue kalo lo diem gini. Aneh tau!” jujur Rio sambil sesekali mengerucutkan bibirnya, bingung melihat Agni yang hanya berdiam diri seperti itu. Terdengar Agni menghela nafas berat, detik kemudian gadis manis ini berbalik menghadap Rio.

“Aduh sorry Yo, Agni lagi badmood nih” Finally, batin Rio sumberingah melihat reaksi Agni barusan, tapi detik kemudian pemuda ini mengernyitkan dahinya. Heran melihat Agni yang –katanya- badmood kali ini.

Badmood kenapa sih, Ag?” seketika Agni mendengus kesal, Rio hanya tersenyum kecil melihat reaksi Agni barusan.

Badmood Yo. Masa’ iya Agni harus nemenin Cakka ke acara award malem ini. Dan catat, Agni kesana bukan sebagai assistennya Yo, tapi pasangannya. PA-SA-NGAN-NYA” Rio tersenyum geli melihat Agni yang sepertinya memang sedang kesal itu. Tapi detik kemudian Rio tersenyum penuh arti, ternyata firasatnya selama ini benar, Cakka memang menyembunyikan sesuatu.

“Hahaha, yaudahlah Ag. Sekali-sekali gitu nemenin Cakka. Toh ngga rugi kan? Lagipula kapan lagi sih Agni bisa ketemu artis kalo ngga disana” tangan Rio terngakat mengelus puncak kepala Agni, sedangkan gadis manis itu terlihat berpikir. Yah, mungkin benar apa yang baru saja dikatakan Rio, detik kemudian Agni tersenyum sumberingah.

“Bener juga ya, Yo. Kapan lagi coba Agni bisa ketemu artis. Aw, Rio thank you so much” hampir saja Agni memeluk Rio, sayanganya gadis manis ini sadar kalau dirinya sedang berada dikantin sekolah dengan kondisi yang sedang ramai-ramainya.

Anytime, beib” ujar Rio sambil mengedipkan sebelah matanya, Agni sedikit bergidik melihatnya. Rio sendiri yang melihat reaksi Agni itu hanya tertawa geli.

***

“AGNI BURUUAAAAAAAAN. LO BISA CEPET NGGA SIH? TELAT NIH WOY” Agni hanya mendengus kesal mendengar teriakan suara cempreng Cakka barusan. Dalam hati Agni terus menggerutu kesal. Bagaimana tidak? Cakka menyuruhnya –lebih tepatnya memaksa- untuk menggenakan gaun. Oh God, dengan sangat amat terpaksa Agni mengikuti perintah majikannya itu. Tidak ingin mencari masalah dengan pemuda itu.

Cakka terus menggerutu kesal sambil terus memainkan iPhone kerluaran terbarunya itu, dalam hati dirinya menyesal telah membelikan Agni gaun itu. Well, Cakka tentu saja tau. Pasti itu yang membuat Agni telat karena selama ini Agni dikenal tepat waktu. Oh God, tapi tidak bisa dipungkiri, pemuda tampan ini penasaran bagaimana rupa seorang Agni jika menggenakan gaun.

Seketika Cakka mengalihkan pandangannya ketika mendengar langkah kaki yang diyakininya sebagai langkah kaki Agni. Cakka yang sudah siap memarahi Agni seketika terdiam melihat sosok dihadapannya itu. Jujur saja, ekspresi Cakka saat ini benar-benar konyol, tidak mencerminkan seorang Cakka Ferdinand! -,-

“Lo kenapa Kka? Aneh banget ekspresi lo” dengan perlahan Agni berjalan mendekati Cakka. Well, highells itu membuatnya kesulitan untuk berjalan. Cakka sendiri masih terdiam diposisinya semula. “Eh Eeh…”

HUP…

Agni menghela nafas lega ketika menyadari tubuh mungilnya tidak menyentuh lantai. Tapi tidak bisa dipungkiri, entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Dengan segera Agni melepas posisinya yang –tanpa sengaja- berpelukan dengan Cakka. Cakka yang tersentak seketika menjauhkan dirinya dari Agni dan mulai melangkah menuju kearah mobil yang sudah disiapkannya.

***

Tubuh mungil Agni seketika menegang melihat red carpet yang sudah terbentang dihadapannya. Jujur saja, Agni sedikit takut atau lebih tepatnya phobia pada keramaian. Apalagi sekarang Agni harus melewati red carpet itu dengan ratusan atau bahkan ribuan manusia yang berada disekitarnya, belum lagi puluhan blitz kamera yang nantinya akan mengikuti dirinya dan Cakka sampai mereka masuk ke dalam ruangan itu.

“Buruan keluar” langkah Cakka yang sebelumnya berniat membuka pintu mobilnya seketika terhenti dan menatap Agni penuh Tanya. Cakka mengernyit heran melihat Agni terdiam dengan pandangan kosong sambil menatap kearah kerumunan manusia dan puluhan blitz kamera itu. “Kenapa lo?” Agni seketika tersentak ketika merasakan sentuhan lembut dibahunya, gadis manis itu berbalik menghadap Cakka yang membuat pemuda itu terbelalak. Muka Agni pucat, itu yang dilihat Cakka. “Ag, lo kenapa sih? Kok pucet gini. Lo sakit” tangan Cakka seketika memeriksa keadaan dahi Agni, tidak terasa apapun, Cakka mengernyit karenanya.

“Gu-Gue tak-takut Kka” suara Agni terdengar bergetar, seketika Cakka menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, sesekali Cakka mengelus punggung Agni, mencoba menenangkan gadis manis ini.

“Sttt, Lo ngga perlu takut. Lagian lo masuknya kan bareng gue. Kalo emang lo takut, lo sembunyi aja dibelakang gue” seketika Agni melepaskan dirinya dari dekapannya Cakka kemudian menatap pemuda tampan itu dengan pandangan anehnya. Well, baru kali ini Agni mendengar cara membujuk orang seperti yang dilakukan Cakka, aneh.

Cakka keluar dan berjalan menuju sisi lain mobilnya, membukakan pintu untuk Agni kemudian menggandeng gadis manis itu. Well, Cakka berniat dengan seperti itu bisa mengurangi sedikit rasa takut Agni.

Cakka berjalan santai melewati red carpet, tentu saja dengan menggandeng tangan Agni. Cakka merasakan cengkaram pada genggaman Agni, pemuda tampan itu melepaskan pegangan tangannya dan beralih merangkul Agni. Apa yang baru saja dilakukan Cakka itu sontak membuat semua yang menyaksikannya tersentak, termasuk sepasang mata gadis cantik itu.

Apa yang baru saja dilakukan Cakka itu bukan hanya membuat suasana semakin gempar tapi juga membuat wartawan yang meliput saat itu dengan segera menghampiri Cakka dan Agni yang sudah menegang ditempatnya. Agni terbelalak menatap segerombolan wartawan dihadapannya saat ini. Pandangan Agni kosong, jujur saja, gadis manis ini mulai merasakan pandangannya berputar. Hampir saja Agni terjatuh kalau saja Cakka tidak merangkulnya dengan erat.

“Permisi, saya duluan” pamit Cakka sopan pada wartawan yang mulai sibuk menanyai siapa Agni dan ada hubungan apa mereka. Baru saja Cakka –dan Agni- ingin melangkahkan kaki mereka meninggalkan segerombolan wartawan itu, tiba-tiba datang seorang wartawan cantik menghadang mereka, Cakka dan Agni sempat tersentak melihatnya. Well, Cakka rasa wartawan ini memang ditugaskan untuk mewawancarai semua tamu dalam acara award kali ini. Cakka pendesah perlahan.

Cakka mendengarkan semua pertanyaan dari wartawan itu dengan sabar, sesekali Cakka terlihat mengangguk atau bahkan tertawa kecil mendengar semua pertanyaan dari wartawan itu. Well, walaupun seperti itu, Cakka sesekali melirik kearah Agni yang masih dirangkulnya.

Last question buat Cakka. Gimana perasaan Cakka pas udah ketemu lagi sama Oik? Cie, CLBK nih kan udah hampir 3 tahun ngga ketemu lagi”

DEG…

Cakka tersentak dan seketika mengalihkan pandangannya menatap wartawan cantik itu, pertanyaan yang dihindarinya akhirnya keluar dari bibir wartawan cantik ini. Cakka mendesah pasrah. Well, Cakka harus menjawabnya, setidaknya itu bisa membuat wartawan ini pergi dan membiarkan mereka –Cakka & Agni- malangkah masuk.

“Well, sempet shock sih. Tapi biasa aja. Toh sekarang saya sudah punya penggantinya” senyum penuh arti tergambar jelas diwajar wartawan cantik itu, sedangkan Agni yang sedari tadi hanya terdiam seketika menatap Cakka. Setau Agni, saat ini Cakka sedang ‘kosong’.

“Wah, CLs kaya’nya harus patah hati lagi nih. Btw kalo boleh tau siapa nih ceweknya? Jangan-jangan cewek yang manis ini ya” wartawan itu tersenyum menggoda, Agni yang mendengar itu seketika melotot ganas. Tersentak mendengar penuturan wartawan itu. Agni mengalihkan pandangannya kearah Cakka, terlihat pemuda itu malah tersenyum aneh. Agni mengernyit melihatnya.

“Hahaha, emang keliatan banget ya?” Cakka malah balik bertanya, membuat wartawan itu mengangguk antusias.

Perlahan Cakka menunduk, mencoba menyetarakan tingginya dengan Agni yang sedari tadi masih berada dalam rangkulannya, Cakka menyeringai aneh membuat Agni mengernyit heran. Seketika Agni terbelalak ketika pipi chubbynya merasakan sesuatu yang lembut. Seorang Cakka Ferdinand menciumnya? What the hell!!!

“Kalau begitu kami permisi” Cakka –dan Agni- melenggang santai meninggalkan semua keramaian diluar sana. Well, sudah dipastikan apa yang baru saja dilakukan Cakka barusan akan menjadi HOTNEWS diberbagai media  massa.

“CAKKAAAAAAA BEGOOOOOOO”


Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar