see? It's the 3rd Part :)
Selamat Menikmati!!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Cakka
mengerang kesal ditempatnya, bagaimana mungkin gadis itu kembali lagi?
Ingin rasanya Cakka langsung pergi ketika melihat wajah cantik itu,
tapi sayangnya Cakka sudah terikat kontrak dan harus melakukan apa yang
sudah diatur dalam acara itu.
Well, saat di acara musik
itu Cakka harus rela menahan rasa kesal dan emosinya ketika berhadapan
dengan gadis cantik itu. Jujur saja, dari hati yang paling dalam, Cakka
sangat enggan melihatnya. See? Jangankan melihatnya, mendengar namanya
saja Cakka sudah enggan, tapi lagi-lagi Cakka harus terpaksa menuruti
semua skenario acara itu.
Agni mengernyitkan dahinya
heran, sejak acara itu selesai, tidak seperti biasanya Cakka lebih
banyak berdiam diri. Agni mencoba mendekati Cakka, mencoba mencari tau
apa yang menyebabkan majikannya itu menjadi aneh seperti ini.
“Jangan
sekarang, Ag. Gue lagi pengen sendiri” Agni sampai harus bergidik
mendengarnya, baru kali ini gadis manis itu mendengar nada bicara Cakka
yang terdengar dingin. Agni mengangguk sekilas, detik kemudian gadis
manis ini berbalik dan mulai pergi meninggalkan Cakka dan pikirannya
–Cakka-. Cakka menghela nafas berat setelahnya.
“Mau ngapain lagi lo kesini? Apa masih kurang lo nyiksa gue selama ini? ”
Cakka tersenyum sinis mengingatnya, bagaimana mungkin gadis cantik itu
kembali setelah 3 tahun mereka tidak berjumpa. Well, Cakka bukan hanya
sekedar menggenal gadis manis diacara music itu (yang tentunya seorang
artis) tapi Cakka sangat amat mengenal gadis itu, termasuk wataknya. “Damn! Buat apa lagi lo balik kesini? Mau ngancurin gue buat yang kedua kalinya? You Wish, beb”
sinis Cakka sambil menatap layar iPhone keluaran terbarunya, terlihat
jelas pemuda tampan ini sedang menatap sebuah foto dirinya dan gadis
cantik itu, gadis masa lalunya dan gadis yang baru saja dilihatnya dan
bersamanya diacara music itu. “It’s Show Time, baby. Lo yang
bakal ancur ditangan gue” Cakka kembali tersenyum sinis, entah mengapa
hari ini pemuda tampan ini terlihat tidak bisa menahan emosinya. Emosi
masa lalunya.
***
“CAKKA BANGUUUUUUUN”
untuk kesekian kalinya Agni harus berteriak dikamar yang luas itu,
bagaimana tidak? Saat ini jam dinding yang bertengger disalah satu
sudut kamar itu sudah menunjukkan hampir pukul 7 pagi dan Cakka masih
tertidur pulas dikasur empunya itu. Ya Tuhan!!! Agni mengerang kesal
melihat tingkah majikannya ini. “Cakka banguuuun. Heh kebo, bangun ngga
lo??? 5 manit lagi lo ngga bangun? Jangan salahin gue kalo gue nyiram
lo” Agni berbalik, berniat mengambil air dari kamar mandi yang berada
disudut kamar mewah Cakka. Tapi belum terlalu jauh Agni melangkah,
gadis manis itu harus menghentikan langkahnya ketika dirasakan sesuatu
menahan lengan mungilnya. Agni mendengus kesal.
“Bisa
diem ngga sih lo? Brisik banget deh. Ngga sadar ya kalo suara lo itu
cemprengnya ngalahin tikus kejepit?” Cakka terduduk dan menguap
beberapa kali, mencoba mengembalikan sisa-sisa nyawanya yang hilang
ketika dirinya tertidur barusan. Cakka menatap Agni yang masih berdiri
disampingnya, Cakka mengernyit heran melihat gadis manis itu terdiam. “Aneh” pikir Cakka sambil terus menatap Agni intens.
“Lo
bisa lepas ngga nih tangan?? Gue mau keluar, bego!” Cakka tersentak
kemudian melepaskan tangan Agni yang sedari tadi dipegangnya. Agni
mendengus melihat kelakuan bodoh majikannya itu, detik kemudian gadis
manis itu berbalik dan melangkah meninggalkan Cakka yang masih terdiam
ditempatnya semula.
***
Hening yang nyaris
sempurna menyeliputi dua manusia ini. Yah, sejak mereka memulai
perjalanan ini, tidak ada suara yang mereka buat (bicara) kecuali music
yang mengalun lemah dari playlist pemuda tampan itu. Sesekali Cakka
melirik kearah gadis manis yang duduk diam ditempatnya. Sejak kapan
gadis manis itu hobi berdiam diri? Biasanya selama perjananan mereka
menuju sekolah, mereka selalu berdebat atau setidaknya, Agni dengan
sabar membacakan semua jadwal yang akan dilakukan Cakka nantinya.
“Heh…”
Cakka mencoba menghilangkan hawa aneh disekitar mereka, Agni yang
awalnya menghadap keluar jendela, sedikit tersentak dan berbalik
menghadap Cakka. Cakka yang tidak menyangka reaksi refleks Agni itu,
seketika bingung dan salah tingkah. ‘Lo bego banget sih Kka’
gerutu Cakka sambil sesekali melirik kearah Agni. Agni hanya
menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh Cakka barusan. “Jadwal
gue hari ini apaan?” akhirnya, setelah mencoba mencari bahan
pembicaraan, Cakka dengan terpaksa mengucapkan salah satu kalimat yang
dibencinya: menanyakan jadwalnya hari ini.
Agni
mengernyit, tidak biasanya Cakka bertanya tentang jadwalnya hari ini,
Agni mengakat bahunya perlahan, acuh pada keingintauannya tentang
pertanyaan Cakka yang ‘ajaib’ itu, “Ngga ada, Cuma lo harus dateng ke
acara award ntar malem dan lo masuk ke kategori Penyanyi
Pendatang Baru Terfavorit” datar, satu kata yang menggambarkan intonasi
Agni barusan, kontan membuat Cakka mengernyit. Detik kemudian Cakka
menyeringai penuh arti dan menatap gadis manis disampingnya itu, “Apa?”
Agni yang risih dengan tatapan Cakka itu mencoba bertanya.
“Lo harus ikut bareng gue” Agni menghelas nafas kesal mendengar penuturan Cakka barusan, ‘Bukannya gue selalu ikut ya?’
batin Agni heran, “Bukan sebagai assisten gue tapi PASANGAN gue”
seketika Agni menganga lebar mendengar penjelasan Cakka barusan. Jujur
saja, Cakka hanya bisa menahan tawanya melihat reaksi yang ditimbulkan
gadis manis disampingnya ini. “Ngga ada penolakan” see? Kalau Cakka
sudah berbicara seperti itu, otomatis Agni harus menurutinya, ‘Terpaksa’ batin Agni miris.
***
Rio
kembali mengernyit heran melihat Agni yang hanya berpangku tangan tanpa
menyentuh makanannya sedikitpun, ini kesekian kalinya Rio melihat gadis
manis itu terlihat tidak bersemangat. Ada yang aneh, pikir Rio sambil
terus menatap Agni seksama. ‘Nih bocah kenapa sih? Tumben banget diem. Sepi lagi dah gue’ gerutu Rio sambil melirik kesal kearah Agni.
“Ag,
ngomong dong. Bosen gue kalo lo diem gini. Aneh tau!” jujur Rio sambil
sesekali mengerucutkan bibirnya, bingung melihat Agni yang hanya
berdiam diri seperti itu. Terdengar Agni menghela nafas berat, detik
kemudian gadis manis ini berbalik menghadap Rio.
“Aduh sorry Yo, Agni lagi badmood nih”
Finally, batin Rio sumberingah melihat reaksi Agni barusan, tapi detik
kemudian pemuda ini mengernyitkan dahinya. Heran melihat Agni yang
–katanya- badmood kali ini.
“Badmood kenapa sih, Ag?” seketika Agni mendengus kesal, Rio hanya tersenyum kecil melihat reaksi Agni barusan.
“Badmood Yo. Masa’ iya Agni harus nemenin Cakka ke acara award
malem ini. Dan catat, Agni kesana bukan sebagai assistennya Yo, tapi
pasangannya. PA-SA-NGAN-NYA” Rio tersenyum geli melihat Agni yang
sepertinya memang sedang kesal itu. Tapi detik kemudian Rio tersenyum
penuh arti, ternyata firasatnya selama ini benar, Cakka memang
menyembunyikan sesuatu.
“Hahaha, yaudahlah Ag.
Sekali-sekali gitu nemenin Cakka. Toh ngga rugi kan? Lagipula kapan
lagi sih Agni bisa ketemu artis kalo ngga disana” tangan Rio terngakat
mengelus puncak kepala Agni, sedangkan gadis manis itu terlihat
berpikir. Yah, mungkin benar apa yang baru saja dikatakan Rio, detik
kemudian Agni tersenyum sumberingah.
“Bener juga ya, Yo. Kapan lagi coba Agni bisa ketemu artis. Aw, Rio thank you so much”
hampir saja Agni memeluk Rio, sayanganya gadis manis ini sadar kalau
dirinya sedang berada dikantin sekolah dengan kondisi yang sedang
ramai-ramainya.
“Anytime, beib” ujar Rio sambil
mengedipkan sebelah matanya, Agni sedikit bergidik melihatnya. Rio
sendiri yang melihat reaksi Agni itu hanya tertawa geli.
***
“AGNI
BURUUAAAAAAAAN. LO BISA CEPET NGGA SIH? TELAT NIH WOY” Agni hanya
mendengus kesal mendengar teriakan suara cempreng Cakka barusan. Dalam
hati Agni terus menggerutu kesal. Bagaimana tidak? Cakka menyuruhnya
–lebih tepatnya memaksa- untuk menggenakan gaun. Oh God, dengan sangat
amat terpaksa Agni mengikuti perintah majikannya itu. Tidak ingin
mencari masalah dengan pemuda itu.
Cakka terus menggerutu
kesal sambil terus memainkan iPhone kerluaran terbarunya itu, dalam
hati dirinya menyesal telah membelikan Agni gaun itu. Well, Cakka tentu
saja tau. Pasti itu yang membuat Agni telat karena selama ini Agni
dikenal tepat waktu. Oh God, tapi tidak bisa dipungkiri, pemuda tampan
ini penasaran bagaimana rupa seorang Agni jika menggenakan gaun.
Seketika
Cakka mengalihkan pandangannya ketika mendengar langkah kaki yang
diyakininya sebagai langkah kaki Agni. Cakka yang sudah siap memarahi
Agni seketika terdiam melihat sosok dihadapannya itu. Jujur saja,
ekspresi Cakka saat ini benar-benar konyol, tidak mencerminkan seorang
Cakka Ferdinand! -,-
“Lo kenapa Kka? Aneh banget ekspresi lo” dengan perlahan Agni berjalan mendekati Cakka. Well, highells itu membuatnya kesulitan untuk berjalan. Cakka sendiri masih terdiam diposisinya semula. “Eh Eeh…”
HUP…
Agni
menghela nafas lega ketika menyadari tubuh mungilnya tidak menyentuh
lantai. Tapi tidak bisa dipungkiri, entah mengapa tiba-tiba jantungnya
berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Dengan segera Agni melepas
posisinya yang –tanpa sengaja- berpelukan dengan Cakka. Cakka yang
tersentak seketika menjauhkan dirinya dari Agni dan mulai melangkah
menuju kearah mobil yang sudah disiapkannya.
***
Tubuh mungil Agni seketika menegang melihat red carpet
yang sudah terbentang dihadapannya. Jujur saja, Agni sedikit takut atau
lebih tepatnya phobia pada keramaian. Apalagi sekarang Agni harus
melewati red carpet itu dengan ratusan atau bahkan ribuan
manusia yang berada disekitarnya, belum lagi puluhan blitz kamera yang
nantinya akan mengikuti dirinya dan Cakka sampai mereka masuk ke dalam
ruangan itu.
“Buruan keluar” langkah Cakka yang
sebelumnya berniat membuka pintu mobilnya seketika terhenti dan menatap
Agni penuh Tanya. Cakka mengernyit heran melihat Agni terdiam dengan
pandangan kosong sambil menatap kearah kerumunan manusia dan puluhan
blitz kamera itu. “Kenapa lo?” Agni seketika tersentak ketika merasakan
sentuhan lembut dibahunya, gadis manis itu berbalik menghadap Cakka
yang membuat pemuda itu terbelalak. Muka Agni pucat, itu yang dilihat
Cakka. “Ag, lo kenapa sih? Kok pucet gini. Lo sakit” tangan Cakka
seketika memeriksa keadaan dahi Agni, tidak terasa apapun, Cakka
mengernyit karenanya.
“Gu-Gue tak-takut Kka” suara Agni
terdengar bergetar, seketika Cakka menarik tubuh mungil itu ke dalam
dekapannya, sesekali Cakka mengelus punggung Agni, mencoba menenangkan
gadis manis ini.
“Sttt, Lo ngga perlu takut. Lagian lo
masuknya kan bareng gue. Kalo emang lo takut, lo sembunyi aja
dibelakang gue” seketika Agni melepaskan dirinya dari dekapannya Cakka
kemudian menatap pemuda tampan itu dengan pandangan anehnya. Well, baru
kali ini Agni mendengar cara membujuk orang seperti yang dilakukan
Cakka, aneh.
Cakka keluar dan berjalan menuju sisi lain
mobilnya, membukakan pintu untuk Agni kemudian menggandeng gadis manis
itu. Well, Cakka berniat dengan seperti itu bisa mengurangi sedikit
rasa takut Agni.
Cakka berjalan santai melewati red
carpet, tentu saja dengan menggandeng tangan Agni. Cakka merasakan
cengkaram pada genggaman Agni, pemuda tampan itu melepaskan pegangan
tangannya dan beralih merangkul Agni. Apa yang baru saja dilakukan
Cakka itu sontak membuat semua yang menyaksikannya tersentak, termasuk
sepasang mata gadis cantik itu.
Apa yang baru saja
dilakukan Cakka itu bukan hanya membuat suasana semakin gempar tapi
juga membuat wartawan yang meliput saat itu dengan segera menghampiri
Cakka dan Agni yang sudah menegang ditempatnya. Agni terbelalak menatap
segerombolan wartawan dihadapannya saat ini. Pandangan Agni kosong,
jujur saja, gadis manis ini mulai merasakan pandangannya berputar.
Hampir saja Agni terjatuh kalau saja Cakka tidak merangkulnya dengan
erat.
“Permisi, saya duluan” pamit Cakka sopan pada
wartawan yang mulai sibuk menanyai siapa Agni dan ada hubungan apa
mereka. Baru saja Cakka –dan Agni- ingin melangkahkan kaki mereka
meninggalkan segerombolan wartawan itu, tiba-tiba datang seorang
wartawan cantik menghadang mereka, Cakka dan Agni sempat tersentak
melihatnya. Well, Cakka rasa wartawan ini memang ditugaskan untuk
mewawancarai semua tamu dalam acara award kali ini. Cakka pendesah
perlahan.
Cakka mendengarkan semua pertanyaan dari
wartawan itu dengan sabar, sesekali Cakka terlihat mengangguk atau
bahkan tertawa kecil mendengar semua pertanyaan dari wartawan itu.
Well, walaupun seperti itu, Cakka sesekali melirik kearah Agni yang
masih dirangkulnya.
“Last question buat Cakka. Gimana perasaan Cakka pas udah ketemu lagi sama Oik? Cie, CLBK nih kan udah hampir 3 tahun ngga ketemu lagi”
DEG…
Cakka
tersentak dan seketika mengalihkan pandangannya menatap wartawan cantik
itu, pertanyaan yang dihindarinya akhirnya keluar dari bibir wartawan
cantik ini. Cakka mendesah pasrah. Well, Cakka harus menjawabnya,
setidaknya itu bisa membuat wartawan ini pergi dan membiarkan mereka
–Cakka & Agni- malangkah masuk.
“Well, sempet shock
sih. Tapi biasa aja. Toh sekarang saya sudah punya penggantinya” senyum
penuh arti tergambar jelas diwajar wartawan cantik itu, sedangkan Agni
yang sedari tadi hanya terdiam seketika menatap Cakka. Setau Agni, saat
ini Cakka sedang ‘kosong’.
“Wah, CLs kaya’nya harus patah
hati lagi nih. Btw kalo boleh tau siapa nih ceweknya? Jangan-jangan
cewek yang manis ini ya” wartawan itu tersenyum menggoda, Agni yang
mendengar itu seketika melotot ganas. Tersentak mendengar penuturan
wartawan itu. Agni mengalihkan pandangannya kearah Cakka, terlihat
pemuda itu malah tersenyum aneh. Agni mengernyit melihatnya.
“Hahaha, emang keliatan banget ya?” Cakka malah balik bertanya, membuat wartawan itu mengangguk antusias.
Perlahan
Cakka menunduk, mencoba menyetarakan tingginya dengan Agni yang sedari
tadi masih berada dalam rangkulannya, Cakka menyeringai aneh membuat
Agni mengernyit heran. Seketika Agni terbelalak ketika pipi chubbynya
merasakan sesuatu yang lembut. Seorang Cakka Ferdinand menciumnya? What the hell!!!
“Kalau
begitu kami permisi” Cakka –dan Agni- melenggang santai meninggalkan
semua keramaian diluar sana. Well, sudah dipastikan apa yang baru saja
dilakukan Cakka barusan akan menjadi HOTNEWS diberbagai media massa.
“CAKKAAAAAAA BEGOOOOOOO”
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar