Minggu, 22 April 2012

One Thing #5th

see? It's the #5th Part :)
Maaf kalo di part ini bahasanya ada yg rada frontal ._.


Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Agni terbelalak menatap layar iPad dihadapannya saat ini. Bagaimana tidak? Saat ini Agni tengah menonton salah satu video yang tidak sengaja ditemukannya di YouTube. Well, itu memang hobi Agni, mencari video unik hanya untuk menghilangkan rasa bosannya ketika menunggu Cakka show atau bahkan shooting iklan.

Air muka Agni terlihat geram menyaksikan apa yang ada dihadapannya saat ini. Bagaimana mungkin semua yang dilakukan Cakka semalam –saat diacar award- sudah tersebar luas di dunia maya? Agni semakin shock ketika melihat viewers video tersebut. Hampir 500.000 pengunjung You Tube melihat semua yang terekam lengkap disana. Mulai dari cakka mencium pipi Agni sampai akhirnya Cakka bernyanyi lagu More Than This di stage award tersebut.

Jujur saja, saat melihat video barusan Agni merasakan sesak yang tiba-tiba mengerjapnya, Agni tidak tau apa yang Cakka rencanakan hingga akhirnya pemuda tampan itu berani melakukan apa yang semalam dilakukannya.

Pandangan Agni mulai mengabur, sesak itu semakin terasa ketika Agni membaca semua komentar-komentar yang ada dibawah video itu, tidak sedikit yang mengumpat, mencerca, bahkan mencaci maki Agni dengan berbagai umpatan dan hinaan.

 Sungguh, bukan ini yang Agni inginkan, ini semua salah paham, ini semua salah Cakka yang sudah melakukan tindakan tanpa perhitungan terlebih dahulu. Dengan air mata tertahan, Agni me-Turn Off iPadnya dan terdiam, mencoba memikirkan cara bagaimana menyelesaikan semua yang sudah dilakukan Cakka semalam.

“Ag, gue minta aer dong” Agni tersentak ketika mendengar suara bariton Cakka barusan, dengan segera Agni mengusap air mata yang hampir saja mengaliri pipi chubbynya.

Dengan malas Agni berdiri kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang memang disediakan untuk tempat air minum. Agni mengambil sebotol air mineral dan kembali ke tempat Cakka menunggunya.

Agni mendengus kesal ketika tubuh mungilnya itu terasa limbung karena ditabrak seseorang, hampir saja Agni terjatuh kalau saja dirinya tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Agni menatap tajam kearah orang yang baru saja menabraknya, bukannya minta maaf, orang itu malah menatap Agni dengan tatapan meremehkan, detik kemudian gadis yang menabrak Agni barusan melenggang pergi, seolah dirinya tidak melakukan apapun.

“Nih” tangan Agni terulur kearah Cakka tapi pandangan gadis manis itu tidak lepas dari gadis yang beberapa saat lalu menabraknya.

Jujur saja, Agni heran dan tidak mengerti apa yang diinginkan gadis itu. Bukannya meminta maaf, gadis itu langsung pergi tanpa  rasa bersalah sedikitpun. Hei, atau jangan-jangan gadis itu salah satu penggemar Cakka yang tidak suka padanya? Dengan segera Agni mengusir pikiran bodoh itu dari otaknya.

***

Hening menyelimuti keduanya. Jujur saja, Cakka sangat amat merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Entah mengapa dirinya tiba-tiba merindukan Agni yang selalu banyak omong dan membuatnya kesal tapi kali ini? Agni sama sekali tidak membuka bibir mungilnya itu untuk berbicara. Entahlah, apa yang membuat Agni seperti itu.

Sedangkan Agni sendiri, dirinya lebih memilih diam, Agni sedang malas melakukan apapun yang berhubungan dengan pemuda tampan disampingnya ini. Agni takut jika dirinya terlalu berbaik hati pada Cakka, maka kejadian seperti saat malam acara award itu akan kembali terulang dan Agni menghindari itu. Agni tidak ingin penggemar Cakka terlalu jauh menilai apa yang dilakukan Cakka padanya.

“Lo kok diem aja sih, Ag? Biasanya heboh sendiri” Cakka yang sudah gerah dengan keadaan ‘aneh’ didalam mobilnya itu mencoba membuka suara, berbaik hati mengajak gadis manis disampingnya itu berbicara.

“Males” Cakka melirik sambil mengernyitkan dahinya kearah Agni. Sungguh, ada yang aneh dari Agni dan sepertinya Cakka tidak menyadari apa itu. “Kka…” Cakka hampir saja menginjak remnya dengan mendadak mendengar suara Agni barusan. Bukan hanya karena panggilan itu yang tiba-tiba tapi juga karena nada bicara Agni yang terdengar dingin dan entahlah… yang pasti Cakka merinding mendengar nada bicara Agni barusan.

“Kenapa, Ag???” Cakka mencoba menetralkan perasaan yang tiba-tiba menyergapnya, entah mengapa dirinya merasa aneh dengan Agni kali ini. Sungguh, Agni tidak seperti biasanya.

“Apa maksud lo ngelakuin yang semalem pas di acara award itu?”

DEG…

Cakka tersentak mendengar pertanyaan Agni barusan. Well, jujur saja, Cakka melakukan itu karena refleks ketika dirinya kesal melihat Oik yang tiba-tiba kembali muncul dan mengganggu kehidupannya lagi. Cakka bergidik ngeri melihat tatapan tajam Agni kearahnya-Cakka-, dengan susah payah Cakka mencoba membuat dirinya senyaman mungkin, berharap Agni tidak curiga.

“Iseng doang. Emang kenapa?” Cakka bodoh!!! Cakka sama sekali tidak menyadari perubahan raut muka Agni yang sudah tidak bisa digambarkan lagi. Jujur saja, Agni merasakan sakit dan sesak itu lagi. Terlebih ketika mendengar alasan Cakka barusan.

“Iseng???” suara Agni mulai terdengar bergetar, Cakka menoleh sesaat kearah Agni. Memastika bahwa gadis manis itu baik-baik saja.

“Iya…. Lo kenapa sih, Ag? Lagian bukannya gue udah biasa ya ngisengin lo. So? Santai aja lah”
Seketika Agni menatap tajam kearah Cakka. Agni merasa pandanganya mulai buram karena terhalang air mata. Agni menatap Cakka tidak percaya, ternyata Cuma Agni yang merasakannya, Cuma Agni yang merasakan sakit akibat perbuatan ‘iseng’ Cakka itu.

“Iseng??? Lo bilang iseng? HEH CAKKA FERDINAND, LO NYADAR NGGA SIH KALO KE’ISENG’AN LO ITU BUAT GUE JADI KORBANNYA? LO NYADAR NGGA SIH KALO KE’ISENG’AN LO ITU BUAT GUE DIKATAIN BITCH, PEREMPUAN NGGA BENER DAN MATRE. LO NYADAR NGGA SIH? OTAK LO DIMANA CAKKA FERDINAND?” seketika Cakka menghentikan laju mobilnya dan detik kemudian mengalihkan pandangannya kearah Agni yang sudah mulai dibanjiri air mata.

“Lo selama ini selalu egois dan gue ngga masalah. Tapi sekarang? Lo bener-bener udah kelewatan. Gimana kalo keluarga gue tau tentang gue yang ‘bitch’ itu? Gimana kalo keluarga gue liat semua komen itu? Lo ngga pernah mikir itu Cakka. Gue ngga habis pikir lo bisa sebodoh dan seceroboh itu” Cakka menatap Agni nanar, membiarkan gadis manis itu mengeluarkan semua emosinya.

“Selama ini gue selalu nerima perlakuan ngga adil dari lo, selama ini gue udah nurutin semua permintaan lo tapi gue ngga nyangka kalo gini balesan lo ke gue. Gue ngga berharap lo ngasih gue perhargaan atas itu tapi cukup dengan hargai gue, Kka. Hargai gue sebagai manusia bukan babu lo” Cakka benar-benar tersentak mendengarnya, itukah yang dirasakan Agni selama ini? Itu kah yang selama ini berada dibenak gadis manis itu? Itu kah yang selama ini menjadi pikiran dan keluhan gadis manis itu? Kalau memang benar, lo emang bodoh Cakka, batin Cakka masih menatap Agni dengan nanar.

***

Sejak kejadian Agni ‘curhat’ itu sekarang hubungan keduanya semakin aneh. Well, mereka memang masih satu atap dan Agni pun masih berstatus sebagai assistant Cakka tapi entah mengapa ada yang aneh dari itu. Tidak ada lagi teriakan Agni ketika Cakka enggan melakukan show, tidak ada lagi umpatan Cakka ketika mendengar teriakan Agni, semua terasa aneh, datar dan… dingin.

Cakka terdiam ditempatnya sambil memeluk gitar acoustic yang memang selalu menemaninya disaat-saat seperti saat ini. Cakka mencoba melihat kearah balkon kamar Agni yang berada disebelahnya, kamar Agni terlihat gelap. Tidak seperti biasanya, padahal ini masih menunjukkan pukul 8 malam, tapi aneh melihat kamar Agni dalam keadaan gelap pada saat ini. Perlahan Cakka mulai memetik senar gitarnya…

Girl I see it in your eyes
You’re disappointed.


Cakka menghela nafas ketika mengingat kejadian Agni ‘curhat’ dimobilnya dengan teriak-teriak beberapa hari yang lalu, yang membuatnya semua berubah menjadi aneh, datar dan dingin seperti saat ini.

Cause I’m the foolish one that you anointed with your heart
I tore it apart
And girl what a mess I made upon your innocence
And no woman in the world deserves this
But here I am asking you for one more chance


Can we fall, one more time?
Stop the tape and rewind
Oh and if you walk away I know I’ll fade
Cause there is nobody else


It’s gotta be you
Only you
It’s gotta be you
Only you


Now girl I hear it in your voice and how it trembles
When you speak to me I don’t resemble, who I was
You’ve almost had enough
And your actions speak louder than words
And you’re about to break from all you’ve heard
Don’t be scared, I ain’t going no where


Cakka merasa bodoh, hanya karena kesal pada Oik yang tiba-tiba datang lagi ke kehidupannya, Cakka malah menyakiti hati gadis manis yang selama ini selalu menemaninya. Walaupun selama ini Cakka selalu ditemani dengan teriakan atau perintah-perintah Agni tapi entah mengapa itu yang membuat Cakka merindukan gadis manis itu, gadis manis yang saat ini sedang merasa tersakiti.

I’ll be here, by your side
No more fears, no more crying
But if you walk away
I know I’ll fade
Cause there is nobody else


It’s gotta be you
Only you
It’s gotta be you
Only you


Oh girl, can we try one more, one more time?
One more, one more, can we try?
One more, one more time
I’ll make it better


Cakka menyesali semua perbuatan bodohnya yang malah membuat gadis manis itu merasa sakit hati. Jujur saja, Cakka tidak menyangka bahwa Agni akan merasa sesakit itu dan seperti kali ini Cakka benar-benar sudah kelewatan.

One more, one more, can we try?
One more, one more,
Can we try one more time to make it all better?

Cuz its gotta be you

Its gotta be you
Only you
Only you

It’s gotta be you
Only you
It’s gotta be you
Only you!


(One Direction – Gotta be You)

Terlihat jari Cakka mulai menari diatas LCD iPhone keluaran terbarunya itu, dengan segera Cakka membuka akun twitternya, akun tempat dirinya berinteraksi dengan para fansnya. Senyum puas terpancar dibibir pemuda tampan ini ketika melihat tanggapan positif dari para penggemarnya ketika Cakka membuat status, dan tentu saja langsung menjadi perbincangan hangat.

@cakkaferdinand: Please, don’t judging her @clarisAgnia anymore, she’s my gf now. I choice her and love her!!!

Cakka mengembalikan iPhone nya itu ke dalam saku celananya. Kali ini Cakka kembali memainkan senar gitarnya, hanya memetiknya seperti biasa, tidak menyanyikan lagu tadi dan kali ini nadanya pun terdengar lebih ceria dan bersemangat.

“Dengan gini gue berharap lo bisa maafin gue” Cakka menatap balkon kamar Agni dengan sayu, detik kemudian Cakka masuk ke dalam kamarnya, berharap besok gadis manis itu mau memaafkannya.



Continued...

One Thing #4th

see? It's the #4th Part :)

Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sepanjang jalan menuju ke tempat duduk tempat dirinya dan Cakka, Agni tidak hentinya menggerutu. Bagaimana bisa Cakka melakukan hal bodoh itu? Sungguh, ingin rasanya Agni mencekik Cakka ketika pemuda tampan itu mendaratkan bibirnya ke pipi chubbynya. Tapi ternyata rasa terkejutnya membuat pikiran Agni seketika kosong.

Cakka bodoh, sebenarnya apa yang ada dipikiran bocah itu? Membuat berita heboh dengan mengorbankan dirinya? Dasar bodoh!!! Jerit Agni sambil terus menggerutu dalam langkahnya.

“Udah, ngga usah gitu amat bibir lo. Mau lo gue cium lagi???” bisikan setan yang berasal dari Cakka itu seketika menghentikan gerutuan Agni, sebagai gantinya, gadis manis itu malah mengerucutkan bibir mungilnya, benar-benar kesal pada sosok disampingnya ini.

“Awas aja lo!!! Pulang dari sini? Gue jadiin tempe lo” pikir Agni sadis sambil melirik sinis kearah Cakka yang masih dengan santainya merangkul pinggang Agni. ‘Ya Tuhan…!!!’ keluh Agni ketika melihat wajah tanpa dosa pemuda menyebalkan disampingnya ini.

Cakka sedikit tersentak melihat siapa yang mendapat tempat disebelah kanannya. Well, itu Oik, lebih tepatnya Oik Sandara, gadis masa lalunya. Terlihat gadis cantik itu tersenyum canggung ketika melihat Cakka datang bersama Agni dan duduk disebelahnya, senyum gadis itu malah terlihat miris ketika dirinya menatap tangan Cakka bertengger manis dipinggang Agni, merangkul gadis manis itu dengan lembut.

Posisi Cakka berada ditengah dengan diapit oleh Agni disebelah kirinya dan tentu saja Oik disebelah kanannya. Well, sejujurnya Cakka tidak menyukai posisi ini, tapi mau bagaimana lagi? Namanya sudah tertera dikursi itu dan Cakka tidak mempunyai pilihan lain selain duduk manis dikursi itu.

“Sial amat sih gue” pikir Cakka sambil sesekali melirik tempat Oik, terlihat gadis cantik itu sedang tertunduk, entah apa yang membuatnya seperti itu, yang pasti Cakka tidak ingin lagi mempedulikannya.

Semua tamu dalam acara itu terlihat sangat menikmati suguhan yang ditampilkan oleh pihak penyelenggara. Well, sudah beberapa penghargaan yang diumumkan dan sekarang tinggal penghargaan Penyanyi Pendatang Baru Terfavorit, dan Cakka menjadi salah satu nominasinya.

Bukan hanya Cakka yang menantikan itu dengan perasaan campur aduk, Agni yang berada disebelah kirinya juga ikut memperhatikan sepasang artis terkenal yang sedang membacakan nominasi itu. Agni sampai harus mengumpat karena melihat kedua artis itu terlihat sangat bertele-tele untuk memberitaukan siapa pemenangnya. Ingin rasanya Agni berteriak, menyuruh mereka lebih cepat tapi sayangnya Agni tidak mempunyai keberanian yang lebih. Alhasil, gadis manis itu hanya mendengus dan mengumpat ketika melihat kedua artis itu semakin bertele-tele.

“Dan… untuk kategori Penyanyi Pendatang Baru Terfavorit kali ini jatuh kepada…” Agni mendengus kesal mendengarnya, sudah hampir tiga kali kedua artis itu menyebutkan kalimat menyebalkan itu, tapi mereka tidak kunjung menyebutkan nama pemenangnya. “CAKKA FERDINAND….”

Seketika semua tamu yang berada dalam gedung megah itu memberikan Cakka standing applause. Well, bagaimana tidak? Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun Cakka sudah mendapat banyak penghargaan, selain album pertamanya yang sukses besar dipasaran, hampir semua lagu Cakka menjadi hits dan disukai banyak orang.  Yah, penghargaan ini adalah penghargaan yang tidak pernah diduga Cakka sebelumnya. Mengingat nominasi lainnya juga memiliki prestasi seperti Cakka.

Cakka yang semula terdiam dan seketika berdiri, Cakka menatap lurus tangan Oik yang terulur kearahnya. Well, sepertinya gadis cantik itu ingin mengucapkan selamat atas keberhasilan Cakka kali ini. Cakka menyambut tangan mungil itu tapi hanya sesaat, detik kemudian pemuda tampan ini malah berbalik menghadap Agni sambil tersenyum, otomatis posisinya itu juga membelakangi Oik yang tersenyum lirih.

Tanpa sadar, Cakka merengkuh wajah Agni. Membuat gadis manis itu merasakan jantungnya kembali berdetak diatas batas normalnya. Agni tersenyum canggung membalas senyum manis Cakka itu.

“Gue menang, Ag. Gue menang” bisik Cakka antusias tepat dihadapan Agni. Agni memegang kedua tangan Cakka yang merengkuh pipi chubbynya sambil tersenyum manis dan kemudian mengangguk, membenarkan apa yang baru saja diucapkan Cakka.

Terlihat Cakka semakin mendekatkan wajahnya kearah Agni, membuat gadis manis yang masih berada direngkuhannya itu melirik cemas kesekitar mereka. Dengan cepat Cakka mencium kening Agni dan melepaskannya. Mata hitam Cakka menatap Agni tepat dimanik mata gadis manis itu, tangan Cakka masih mengelus pipi chubby Agni, detik kemudian Cakka malah mencium kedua pipi chubby dihadapannya itu sambil tersenyum sumberingah sebelum akhirnya naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sekaligus memberika beberapa ucapan.

“Kaya’nya pulang dari sini gue harus periksa jantung deh” bisik Agni sambil mengelus salah satu pipi chubbynya yang baru saja dicium Cakka. Detik kemudian Agni tersenyum manis melihat Cakka yang antusias memberikan beberapa ucapan diatas sana, tanpa menyadari sepasang mata menatapnya iri.

‘Seharusnya gue yang ada diposisi lo’ lirihnya miris.

***

“Kali ini kita akan menyaksikan penampilan special dari penyanyi pendatang baru kita… CAKKA FERDINAND…” Cakka yang merasa namanya dipanggil lagi langsung berdiri, sebelumnya pemuda itu sudah mencium kening Agni sekilas, membuat gadis manis itu merasakan pipi chubbynya memanas dan sudah pasti memerah.

Cakka berjalan tenang menuju kearah panggung, terlihat diatas sana sudah disediakan sebuah kursi dan gitar. Well, sepertinya kali ini akan menyanyikan lagu dengan versi acoustic. Sampai dipanggung itu Cakka tersenyum pada pembawa acara yang tadi menyebut namanya, kedua pembawa acara itu tersenyum dan kemudian berlalu, meninggalkan Cakka yang sudah duduk dikursinya dengan microphone berada tepat dihadapannya. Cakka terlihat menyamankan posisi duduknya sebelum akhirnya tersenyum kearah penonton dan tamu yang hadir dalam acara award ini.

“Okey, Malam ini saya tidak akan membawakan lagu saya..” terdengar teriakan riuh bahkan bisik-bisik penonton dan juga tamu disana, tapi Cakka tetap tenang dan kembali tersenyum.

Tanpa mempedulikan kebisingan yang terjadi disekitarnya, Cakka mulai memetik senar gitarnya yang seketika itu juga membuat keadaan menjadi hening. Semua terfokus pada Cakka yang terlihat sedang sibuk dengan gitar dan lirik lagu yang siap diucapkannya. Terlihat mata Cakka terpejam namun jari-jarinya masih terus memetik senar gitar itu.

I'm broken
Do you hear me
I'm blinded
Cause you are everything I see
I'm dancing, alone
I'm praying
That your heart will just turn around
And as I walk up to your door
My eye turns to face the floor
Cause I can't look you in the eyes and say


Cakka membuka matanya, sesaat pemuda tampan ini tersenyum melihat keadaan yang mulai tenang. Well, sepertinya semua penonton dan tamu larut dalam permainan gitar dan suara Cakka yang memang sudah tidak diragukan lagi.
When he opens his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can love you more than this, yeah
When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can love you more than this
Can love you more than this

Pandangan Cakka kali ini terlihkan oleh dua gadis yang sedari tadi mengapitnya. Yup, siapa lagi kalau bukan Agni dan Oik? Keduanya terlihat menatap Cakka dengan pandangan yang berbeda, Agni menatap Cakka dengan pandangan kagum, tidak menyangka kalau majikannya itu memang mempunyai aura yang tidak semua orang mempunyainya. Sedangkan Oik? Gadis cantik itu malah menatap Cakka lirih, seolah dengan seperti itu dirinya baru menyadari kesalahan yang sudah diperbuatkan dulu, dulu.. jauh sebelum Cakka seperti saat ini.

If I'm louder
Would you see me?
Would you lay down in my arms and rescue me?
Cause we are, the same
You saved me, when you leave its gone again

And then I see you on the street
In his arms, I get weak
My body falls I'm on my knees
Praying

Petikan senar gitar Cakka terdengar semakin cepat, dan terlihat Cakka sedikit memainkan emosi dalam lagunya. Semua penonton dan tamu semakin terhipnotis dengan penampilan Cakka. Entahlah, mereka seolah baru melihat pemuda tampan ini menunjukkan kemampuan bermusiknya.

Well, Cakka memang tidak bisa dipandang sebelah mata akan kemampuannya yang satu ini. Cakka memang terkenal sebagai penyanyi yang tidak pernah sekalipun melakukan lip sync. Itu yang menjadi nilai plus dan daya tarik dari seorang Cakka Ferdinand.

When he opens his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can love you more than this, yeah
When he lays you down, I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can love you more than this
I've never had the words to say
But now I'm asking you to stay
For a little while inside my arms
And as you close your eyes tonight
I pray that you will see the light
That's shining from the stars above
When he opens his arms
And holds you close tonight
It just won't feel right
Cause I can love you more than this
Cause I can love you more than this
When he lays you I might just die inside
It just don't feel right
Cause I can love you more than this, yeah


Standing applause kembali menyambut Cakka, perlahan pemuda tampan itu tersenyum kemudian sedikit menundukkan badannya. Mengucapkan terima kasih lalu mulai berjalan menuruni panggung. Menghampiri Agni yang masih menatapnya kagum.

***

“AGNIIIIIIII, BILANG SAMA GUE KALO YANG DIBERITAIN DITIPI SAMA MAJALAH ITU BOHONG” Agni mengernyit heran sambil menjauhkan iPhone itu dari telinganya. Baru saja Agni menekan navigasi yes, teriakan sadis itu sudah memenuhi gendang telinganya. Ingin rasanya Agni membantai Rio –si penelpon- saat itu juga.

“RIOOOOO, NGGA USAH TERIAK-TERIAK JUGA AGNI DENGER KALIIIII” diseberang sana Rio juga menjauhkan iPhone dari telingannya, lengkingan Agni cukup bisa membuatnya tuli seketika. Untung saja telinga Rio sudah tahan dengan berbagai macam jenis teriakan Agni.

“Iya-Iya sorry… Lagian gue Cuma shock aja. Baru juga mau nonton eh berita lo sama Cakka udah nongol. Itu kapan sih? Kaya’nya semalem deh. Wah Ag… gue ngga nyangka deh lo bisa juga pake gaun gitu. Hahaha, bukan lo banget, tapi lo cantik sih. Gila, salut gue sama Cakka bisa ngerubah lo jadi angsa cantik…” Agni mendengus kesal mendengar ocehan Rio yang tidak ada habisnya itu, sesekali Agni menguap bosan. Kalau saja saat ini Rio berada dihadapannya, mungkin mulut Rio sudah Agni tutup dengan sepatunya.

“Rio…. Bisa diem ngga sih? Kalo ngga? Agni matiin nih”

“Eh.. Iya-Iya… Gue diem deh. Buruan certain…”

Berbagai emosi dan ekspresi Agni tunjukkan ketika dirinya menceritakan itu semua pada Rio, sedangkan Rio diseberang sana hanya menjadi pendengar yang baik, kadang pemuda itu juga terwa bahkan menggoda Agni. Well, jujur saja, Rio tidak menyangka Cakka akan melakukan hal gila seperti itu. Sepertinya semua tebakan Rio benar. Ada sesuatu dengan Cakka.

“Bhahaha, ngga nyangka gue Ag, kalo Cakka bisa gitu. Gokil dah tuh bocah” Agni merengut kesal mendengar tawa Rio. Sungguh, ingin rasanya Agni menganiaya Rio saat itu, saying mereka tidak dalam satu tempat. Agni mendengus kesal.

“Ketawa aja terus Yo… seneng banget kaya’nya liat Agni menderita” Rio terlihat menahan tawanya. Tidak bisa dipungkiri, semua cerita Agni barusan itu memang sangat lucu. Rio tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Agni saat Cakka dengan refleks mencium kening dan pipi chubbynya.


“Hhaha, udah ya Ag. Gue nelpon lo Cuma mau nanyain itu doang. Have Fun ya sama Cakka”

“RIOOOOOOOOOOOOO” teriakan Agni itu seketika membuat Rio menekan navigasi merah, mengakhiri pembicaraanya dengan Agni.




Continued...

One Thing #3rd

see? It's the 3rd Part :)

Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Cakka mengerang kesal ditempatnya, bagaimana mungkin gadis itu kembali lagi? Ingin rasanya Cakka langsung pergi ketika melihat wajah cantik itu, tapi sayangnya Cakka sudah terikat kontrak dan harus melakukan apa yang sudah diatur dalam acara itu.

Well, saat di acara musik itu Cakka harus rela menahan rasa kesal dan emosinya ketika berhadapan dengan gadis cantik itu. Jujur saja, dari hati yang paling dalam, Cakka sangat enggan melihatnya. See? Jangankan melihatnya, mendengar namanya saja Cakka sudah enggan, tapi lagi-lagi Cakka harus terpaksa menuruti semua skenario acara itu.

Agni mengernyitkan dahinya heran, sejak acara itu selesai, tidak seperti biasanya Cakka lebih banyak berdiam diri. Agni mencoba mendekati Cakka, mencoba mencari tau apa yang menyebabkan majikannya itu menjadi aneh seperti ini.

“Jangan sekarang, Ag. Gue lagi pengen sendiri” Agni sampai harus bergidik mendengarnya, baru kali ini gadis manis itu mendengar nada bicara Cakka yang terdengar dingin. Agni mengangguk sekilas, detik kemudian gadis manis ini berbalik dan mulai pergi meninggalkan Cakka dan pikirannya –Cakka-. Cakka menghela nafas berat setelahnya.

“Mau ngapain lagi lo kesini? Apa masih kurang lo nyiksa gue selama ini? Cakka tersenyum sinis mengingatnya, bagaimana mungkin gadis cantik itu kembali setelah 3 tahun mereka tidak berjumpa. Well, Cakka bukan hanya sekedar menggenal gadis manis diacara music itu (yang tentunya seorang artis) tapi Cakka sangat amat mengenal gadis itu, termasuk wataknya. “Damn! Buat apa lagi lo balik kesini? Mau ngancurin gue buat yang kedua kalinya? You Wish, beb” sinis Cakka sambil menatap layar iPhone keluaran terbarunya, terlihat jelas pemuda tampan ini sedang menatap sebuah foto dirinya dan gadis cantik itu, gadis masa lalunya dan gadis yang baru saja dilihatnya dan bersamanya diacara music itu. “It’s Show Time, baby. Lo yang bakal ancur ditangan gue” Cakka kembali tersenyum sinis, entah mengapa hari ini pemuda tampan ini terlihat tidak bisa menahan emosinya. Emosi masa lalunya.

***

“CAKKA BANGUUUUUUUN” untuk kesekian kalinya Agni harus berteriak dikamar yang luas itu, bagaimana tidak? Saat ini jam dinding yang bertengger disalah satu sudut kamar itu sudah menunjukkan hampir pukul 7 pagi dan Cakka masih tertidur pulas dikasur empunya itu. Ya Tuhan!!! Agni mengerang kesal melihat tingkah majikannya ini. “Cakka banguuuun. Heh kebo, bangun ngga lo??? 5 manit lagi lo ngga bangun? Jangan salahin gue kalo gue nyiram lo” Agni berbalik, berniat mengambil air dari kamar mandi yang berada disudut kamar mewah Cakka. Tapi belum terlalu jauh Agni melangkah, gadis manis itu harus menghentikan langkahnya ketika dirasakan sesuatu menahan lengan mungilnya. Agni mendengus kesal.

“Bisa diem ngga sih lo? Brisik banget deh. Ngga sadar ya kalo suara lo itu cemprengnya ngalahin tikus kejepit?” Cakka terduduk dan menguap beberapa kali, mencoba mengembalikan sisa-sisa nyawanya yang hilang ketika dirinya tertidur barusan. Cakka menatap Agni yang masih berdiri disampingnya, Cakka mengernyit heran melihat gadis manis itu terdiam. “Aneh” pikir Cakka sambil terus menatap Agni intens.

“Lo bisa lepas ngga nih tangan?? Gue mau keluar, bego!” Cakka tersentak kemudian melepaskan tangan Agni yang sedari tadi dipegangnya. Agni mendengus melihat kelakuan bodoh majikannya itu, detik kemudian gadis manis itu berbalik dan melangkah meninggalkan Cakka yang masih terdiam ditempatnya semula.

***

Hening yang nyaris sempurna menyeliputi dua manusia ini. Yah, sejak mereka memulai perjalanan ini, tidak ada suara yang mereka buat (bicara) kecuali music yang mengalun lemah dari playlist pemuda tampan itu. Sesekali Cakka melirik kearah gadis manis yang duduk diam ditempatnya. Sejak kapan gadis manis itu hobi berdiam diri? Biasanya selama perjananan mereka menuju sekolah, mereka selalu berdebat atau setidaknya, Agni dengan sabar membacakan semua jadwal yang akan dilakukan Cakka nantinya.

“Heh…” Cakka mencoba menghilangkan hawa aneh disekitar mereka, Agni yang awalnya menghadap keluar jendela, sedikit tersentak dan berbalik menghadap Cakka. Cakka yang tidak menyangka reaksi refleks Agni itu, seketika bingung dan salah tingkah. ‘Lo bego banget sih Kka’ gerutu Cakka sambil sesekali melirik kearah Agni. Agni hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh Cakka barusan. “Jadwal gue hari ini apaan?” akhirnya, setelah mencoba mencari bahan pembicaraan, Cakka dengan terpaksa mengucapkan salah satu kalimat yang dibencinya: menanyakan jadwalnya hari ini.

Agni mengernyit, tidak biasanya Cakka bertanya tentang jadwalnya hari ini, Agni mengakat bahunya perlahan, acuh pada keingintauannya tentang pertanyaan Cakka yang ‘ajaib’ itu, “Ngga ada, Cuma lo harus dateng ke acara award ntar malem dan lo masuk ke kategori Penyanyi Pendatang Baru Terfavorit” datar, satu kata yang menggambarkan intonasi Agni barusan, kontan membuat Cakka mengernyit. Detik kemudian Cakka menyeringai penuh arti dan menatap gadis manis disampingnya itu, “Apa?” Agni yang risih dengan tatapan Cakka itu mencoba bertanya.

“Lo harus ikut bareng gue” Agni menghelas nafas kesal mendengar penuturan Cakka barusan, ‘Bukannya gue selalu ikut ya?’ batin Agni heran, “Bukan sebagai assisten gue tapi PASANGAN gue” seketika Agni menganga lebar mendengar penjelasan Cakka barusan. Jujur saja, Cakka hanya bisa menahan tawanya melihat reaksi yang ditimbulkan gadis manis disampingnya ini. “Ngga ada penolakan” see? Kalau Cakka sudah berbicara seperti itu, otomatis Agni harus menurutinya, ‘Terpaksa’ batin Agni miris.

***

Rio kembali mengernyit heran melihat Agni yang hanya berpangku tangan tanpa menyentuh makanannya sedikitpun, ini kesekian kalinya Rio melihat gadis manis itu terlihat tidak bersemangat. Ada yang aneh, pikir Rio sambil terus menatap Agni seksama. ‘Nih bocah kenapa sih? Tumben banget diem. Sepi lagi dah gue’ gerutu Rio sambil melirik kesal kearah Agni.

“Ag, ngomong dong. Bosen gue kalo lo diem gini. Aneh tau!” jujur Rio sambil sesekali mengerucutkan bibirnya, bingung melihat Agni yang hanya berdiam diri seperti itu. Terdengar Agni menghela nafas berat, detik kemudian gadis manis ini berbalik menghadap Rio.

“Aduh sorry Yo, Agni lagi badmood nih” Finally, batin Rio sumberingah melihat reaksi Agni barusan, tapi detik kemudian pemuda ini mengernyitkan dahinya. Heran melihat Agni yang –katanya- badmood kali ini.

Badmood kenapa sih, Ag?” seketika Agni mendengus kesal, Rio hanya tersenyum kecil melihat reaksi Agni barusan.

Badmood Yo. Masa’ iya Agni harus nemenin Cakka ke acara award malem ini. Dan catat, Agni kesana bukan sebagai assistennya Yo, tapi pasangannya. PA-SA-NGAN-NYA” Rio tersenyum geli melihat Agni yang sepertinya memang sedang kesal itu. Tapi detik kemudian Rio tersenyum penuh arti, ternyata firasatnya selama ini benar, Cakka memang menyembunyikan sesuatu.

“Hahaha, yaudahlah Ag. Sekali-sekali gitu nemenin Cakka. Toh ngga rugi kan? Lagipula kapan lagi sih Agni bisa ketemu artis kalo ngga disana” tangan Rio terngakat mengelus puncak kepala Agni, sedangkan gadis manis itu terlihat berpikir. Yah, mungkin benar apa yang baru saja dikatakan Rio, detik kemudian Agni tersenyum sumberingah.

“Bener juga ya, Yo. Kapan lagi coba Agni bisa ketemu artis. Aw, Rio thank you so much” hampir saja Agni memeluk Rio, sayanganya gadis manis ini sadar kalau dirinya sedang berada dikantin sekolah dengan kondisi yang sedang ramai-ramainya.

Anytime, beib” ujar Rio sambil mengedipkan sebelah matanya, Agni sedikit bergidik melihatnya. Rio sendiri yang melihat reaksi Agni itu hanya tertawa geli.

***

“AGNI BURUUAAAAAAAAN. LO BISA CEPET NGGA SIH? TELAT NIH WOY” Agni hanya mendengus kesal mendengar teriakan suara cempreng Cakka barusan. Dalam hati Agni terus menggerutu kesal. Bagaimana tidak? Cakka menyuruhnya –lebih tepatnya memaksa- untuk menggenakan gaun. Oh God, dengan sangat amat terpaksa Agni mengikuti perintah majikannya itu. Tidak ingin mencari masalah dengan pemuda itu.

Cakka terus menggerutu kesal sambil terus memainkan iPhone kerluaran terbarunya itu, dalam hati dirinya menyesal telah membelikan Agni gaun itu. Well, Cakka tentu saja tau. Pasti itu yang membuat Agni telat karena selama ini Agni dikenal tepat waktu. Oh God, tapi tidak bisa dipungkiri, pemuda tampan ini penasaran bagaimana rupa seorang Agni jika menggenakan gaun.

Seketika Cakka mengalihkan pandangannya ketika mendengar langkah kaki yang diyakininya sebagai langkah kaki Agni. Cakka yang sudah siap memarahi Agni seketika terdiam melihat sosok dihadapannya itu. Jujur saja, ekspresi Cakka saat ini benar-benar konyol, tidak mencerminkan seorang Cakka Ferdinand! -,-

“Lo kenapa Kka? Aneh banget ekspresi lo” dengan perlahan Agni berjalan mendekati Cakka. Well, highells itu membuatnya kesulitan untuk berjalan. Cakka sendiri masih terdiam diposisinya semula. “Eh Eeh…”

HUP…

Agni menghela nafas lega ketika menyadari tubuh mungilnya tidak menyentuh lantai. Tapi tidak bisa dipungkiri, entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Dengan segera Agni melepas posisinya yang –tanpa sengaja- berpelukan dengan Cakka. Cakka yang tersentak seketika menjauhkan dirinya dari Agni dan mulai melangkah menuju kearah mobil yang sudah disiapkannya.

***

Tubuh mungil Agni seketika menegang melihat red carpet yang sudah terbentang dihadapannya. Jujur saja, Agni sedikit takut atau lebih tepatnya phobia pada keramaian. Apalagi sekarang Agni harus melewati red carpet itu dengan ratusan atau bahkan ribuan manusia yang berada disekitarnya, belum lagi puluhan blitz kamera yang nantinya akan mengikuti dirinya dan Cakka sampai mereka masuk ke dalam ruangan itu.

“Buruan keluar” langkah Cakka yang sebelumnya berniat membuka pintu mobilnya seketika terhenti dan menatap Agni penuh Tanya. Cakka mengernyit heran melihat Agni terdiam dengan pandangan kosong sambil menatap kearah kerumunan manusia dan puluhan blitz kamera itu. “Kenapa lo?” Agni seketika tersentak ketika merasakan sentuhan lembut dibahunya, gadis manis itu berbalik menghadap Cakka yang membuat pemuda itu terbelalak. Muka Agni pucat, itu yang dilihat Cakka. “Ag, lo kenapa sih? Kok pucet gini. Lo sakit” tangan Cakka seketika memeriksa keadaan dahi Agni, tidak terasa apapun, Cakka mengernyit karenanya.

“Gu-Gue tak-takut Kka” suara Agni terdengar bergetar, seketika Cakka menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, sesekali Cakka mengelus punggung Agni, mencoba menenangkan gadis manis ini.

“Sttt, Lo ngga perlu takut. Lagian lo masuknya kan bareng gue. Kalo emang lo takut, lo sembunyi aja dibelakang gue” seketika Agni melepaskan dirinya dari dekapannya Cakka kemudian menatap pemuda tampan itu dengan pandangan anehnya. Well, baru kali ini Agni mendengar cara membujuk orang seperti yang dilakukan Cakka, aneh.

Cakka keluar dan berjalan menuju sisi lain mobilnya, membukakan pintu untuk Agni kemudian menggandeng gadis manis itu. Well, Cakka berniat dengan seperti itu bisa mengurangi sedikit rasa takut Agni.

Cakka berjalan santai melewati red carpet, tentu saja dengan menggandeng tangan Agni. Cakka merasakan cengkaram pada genggaman Agni, pemuda tampan itu melepaskan pegangan tangannya dan beralih merangkul Agni. Apa yang baru saja dilakukan Cakka itu sontak membuat semua yang menyaksikannya tersentak, termasuk sepasang mata gadis cantik itu.

Apa yang baru saja dilakukan Cakka itu bukan hanya membuat suasana semakin gempar tapi juga membuat wartawan yang meliput saat itu dengan segera menghampiri Cakka dan Agni yang sudah menegang ditempatnya. Agni terbelalak menatap segerombolan wartawan dihadapannya saat ini. Pandangan Agni kosong, jujur saja, gadis manis ini mulai merasakan pandangannya berputar. Hampir saja Agni terjatuh kalau saja Cakka tidak merangkulnya dengan erat.

“Permisi, saya duluan” pamit Cakka sopan pada wartawan yang mulai sibuk menanyai siapa Agni dan ada hubungan apa mereka. Baru saja Cakka –dan Agni- ingin melangkahkan kaki mereka meninggalkan segerombolan wartawan itu, tiba-tiba datang seorang wartawan cantik menghadang mereka, Cakka dan Agni sempat tersentak melihatnya. Well, Cakka rasa wartawan ini memang ditugaskan untuk mewawancarai semua tamu dalam acara award kali ini. Cakka pendesah perlahan.

Cakka mendengarkan semua pertanyaan dari wartawan itu dengan sabar, sesekali Cakka terlihat mengangguk atau bahkan tertawa kecil mendengar semua pertanyaan dari wartawan itu. Well, walaupun seperti itu, Cakka sesekali melirik kearah Agni yang masih dirangkulnya.

Last question buat Cakka. Gimana perasaan Cakka pas udah ketemu lagi sama Oik? Cie, CLBK nih kan udah hampir 3 tahun ngga ketemu lagi”

DEG…

Cakka tersentak dan seketika mengalihkan pandangannya menatap wartawan cantik itu, pertanyaan yang dihindarinya akhirnya keluar dari bibir wartawan cantik ini. Cakka mendesah pasrah. Well, Cakka harus menjawabnya, setidaknya itu bisa membuat wartawan ini pergi dan membiarkan mereka –Cakka & Agni- malangkah masuk.

“Well, sempet shock sih. Tapi biasa aja. Toh sekarang saya sudah punya penggantinya” senyum penuh arti tergambar jelas diwajar wartawan cantik itu, sedangkan Agni yang sedari tadi hanya terdiam seketika menatap Cakka. Setau Agni, saat ini Cakka sedang ‘kosong’.

“Wah, CLs kaya’nya harus patah hati lagi nih. Btw kalo boleh tau siapa nih ceweknya? Jangan-jangan cewek yang manis ini ya” wartawan itu tersenyum menggoda, Agni yang mendengar itu seketika melotot ganas. Tersentak mendengar penuturan wartawan itu. Agni mengalihkan pandangannya kearah Cakka, terlihat pemuda itu malah tersenyum aneh. Agni mengernyit melihatnya.

“Hahaha, emang keliatan banget ya?” Cakka malah balik bertanya, membuat wartawan itu mengangguk antusias.

Perlahan Cakka menunduk, mencoba menyetarakan tingginya dengan Agni yang sedari tadi masih berada dalam rangkulannya, Cakka menyeringai aneh membuat Agni mengernyit heran. Seketika Agni terbelalak ketika pipi chubbynya merasakan sesuatu yang lembut. Seorang Cakka Ferdinand menciumnya? What the hell!!!

“Kalau begitu kami permisi” Cakka –dan Agni- melenggang santai meninggalkan semua keramaian diluar sana. Well, sudah dipastikan apa yang baru saja dilakukan Cakka barusan akan menjadi HOTNEWS diberbagai media  massa.

“CAKKAAAAAAA BEGOOOOOOO”


Continued...

One Thing #2nd

see? It's the 2nd Part :)

Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Agni menatap kosong apa yang berada dihadapannya saat ini. Setengah jiwanya seolah menghilang ketika melihat pemandangan dihadapannya saat ini. Agni terpaku dan terdiam ditempatnya. Bagaimana tidak? Pemandangan dihadapannya ini bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan, malah sebaliknya. Pemandangan dihadapannya ini sangat amat memalukan. Cakka bodoh, umpat Agni sambil tetap menatap lurus kearah keadaan kamar Cakka yang hancur, sepertinya kamar Cakka baru saja terkena tsunami lokal, dengus Agni sambil berjalan masuk ke kamar Cakka.

Jujur saja, sebenarnya Agni malas masuk ke daerah privat Cakka ini, terlalu banyak barang berharga disini dan Agni tidak mau mendapat masalah hanya karena keteledorannya menyebabkan semua barang-barang berharga Cakka itu hancur ditangannya.  Kembali Agni menghela nafas berat. Ya Tuhan, tabahkanlah hambamu ini, do’a Agni sebelum dirinya mulai menggembalikan keadaan kamar Cakka sepperti semula, rapi dan bersih.

Terlihat Agni menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya. Sudah hampir dua jam gadis manis ini berkutat dikamar Cakka, tapi masih saja tidak mengubah sedikitpun keadaan kamar itu menjadi lebih baik. Agni mendengus kesal, apa dosa yang dilakukannya dulu sehingga dirinya harus berhadapan dengan makhluk sejenis Cakka Ferdinand itu!

“Dasar Cakka bodoh!!! Sebenarnya apa yang dilakukannya? Membuat kamarnya ini menjelma menjadi kapal pecah? Oh God, aku tidak bisa membayangkan jika fans Cakka mengetahui kebiasaan buruk idola mereka ini. Akankah mereka masih memuja Cakka? Kuharap mata hati mereka segera terbuka”

Walaupun Agni melakukannya dengan terpaksa dan-sedikit- tidak ikhlas, tapi gadis manis ini tetap menjalankan tugasnya membersihkan kamar majikannya itu. Huh, andai saja dulu Agni tidak memiliki hutang budi kepada orang tua Cakka, mungkin saat ini Agni bisa menikmati hidupnya dengan tenang dan nyaman, tentu saja tanpa gangguan pemuda menyebalkan itu.

***

Pemuda tampan ini sedikit mengernyitkan dahinya ketika mamasuki rumah mewah itu. Tidak biasanya rumah mewah itu terlihat sepi dan tidak bernyawa, biasanya aka nada keributan kecil dari assistentnya, Agni. Cakka mencoba mencari keberadaan Agni ditempat biasa gadis itu sering menghabiskan waktunya tapi hasilnya nihil, Cakka tidak menemukan keberadaan gadis manis itu.

Cakka mendengus pelan, sedikit kesal karena tidak juga menemukan keberadaan Agni dirumah mewah itu. Jujur saja, hati kecil Cakka merasa sedikit khawatir. Yah, hanya sedikit dan tidak akan pernah lebih, doktrin Cakka pada dirinya sendiri.

“Kemana gadis bodoh itu? Apa dia pergi keluar bersama Rio? Jika itu benar, lihat saja apa yang akan kulakukan ketika dia pulang” pikiran bodoh itu tiba-tiba melintas dipikiran Cakka, entah mengapa itu menjadi suatu ketakutan tersendiri baginya. Jujur saja, dirinya tidak menginginkan itu terjadi.

Cakka melangkahkan kakinya dengan langkah besar memasuki kamarnya, dan pemuda ini harus kembali mengernyitkan dahinya ketika melihat pemandangan dihadapannya ini.  “Hei bukankah tadi aku meninggalkan kamar ini dalam keadaan hampir hancur?” perlahan Cakka mulai memasuki kamarnya lebih jauh lagi dan sontak pemuda tampan ini langsung membelalakan matanya ketika melihat seseorang, lebih tepatnya seorang gadis dengan penampilan yang bisa dikatakan ‘buruk’ sedang terbaring dilantai kamarnya. “Apa yang dilakukan gadis bodoh itu dikamarku?”

Jarak antara Cakka dan Agni –gadis bodoh yang dimaksud Cakka- semakin mendekat, Cakka kembali mengernyit ketika mendengar dengkuran halus terdengar dari gadis manis itu. Hei, apakah semua ini dilakuan oleh gadis bodoh itu? Batin Cakka sambil melihat ke sekelilingnya. Perlahan, Cakka tersenyum sumberingah melihat keadaan kamarnya yang berbalik 180 derajat dengan keadaan ketika dirinya meninggalkannya barusan.

Masih dengan tersenyum Cakka mendekati Agni yang terlihat sangat kelelahan. Yah, Cakka bisa mengetahui itu, bukan hanya dari ekspresi gadis itu tapi juga dari keringat yang masih mengaliri pelipisnya, padahal kamar Cakka terpasang pendingin.

Perlahan Cakka menunduk, dan mengangkat tubuh mungil itu, berniat memindahkan tubuh mungil Agni ke kamarnya. Well jujur saja, Cakka tidak tega melihat gadis itu terbaring dilantai kamar Cakka tanpa alas satupun.

***

Agni merasakan tubuhnya melayang, di alam bawah sadarnya Agni mengernyit heran. Apa yang terjadi pada tubuhnya? Bagaimana mungkin dirinya merasakan melayang padahal Agni tidak memiliki keahlian terbang atau sihir manapun. Perlahan Agni mengerjap, membuka mata hitamnya itu dengan perlahan.

Ternyata benar, Agni bukan hanya merasa melayang, tapi memang benar-benar tidak menyentuh tanah. Agni mengalihkan pandangannya dan mata hitamnya itu sontak terbelalak melihat apa yang ada dihadapannya saat ini. Cakka menggendong dirinya!!! Catat baik-baik, Cakka menggendong Agni!

Cakka yang merasakan ada pergerakan dari Agni sontak menunduk, mencoba menatap Agni dan seketika Cakka terbelalak melihat apa yang dihadapannya saat ini. Agni terbangun, Cakka yang terkejut sontak terdiam dan melepaskan gendongannya dan…

BUKK….

“CAKKA BODOOOOOOOH. Apa yang kau lakukan? Membuat tulangku patah? Hah?” Agni bangkit dari tempatnya semula dan mendelik kearah Cakka. Cakka masih terdiam, detik kemudian pemuda tampan itu berbalik dan berjalan meninggalkan Agni yang terdiam, tidak percaya dengan reaksi Cakka barusan. “Dasar bodoh!!!” umpat Agni sambil terus mengelus tulang belakangnya yang terasa nyeri. Dengan rasa sakit yang masih tersisa, Agni melangkahkan kaki menuju kamarnya yang tepat berada disebelah kamar Cakka.

***

Rio mengernyit memandang gadis manis dihadapannya ini, tidak seperti biasanya Agni –gadis manis yang dimaksud Rio- hanya terdiam dan terlihat lesu. Hei, ada apa dengan gadis manis ini? Apa yang membuatnya terdiam seperti ini. Sungguh, lebih baik aku melihatnya berteriak seharian daripada harus terdiam seperti ini, batin Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari Agni yang masih termangu diam ditempatnya.

“Agni…” untuk kesekian kalinya Rio mencoba mengalihkan pandangan gadis itu, yah setidaknya membuat Agni membuka suaranya. Rio mendengus kesal ketika dirinya harus bisa menerima kenyataan bahwa Agni sama sekali tidak mempedulikan panggilannya. “CLARISA AGNIA” Rio berteriak tepat ditelinga Agni, membuat gadis itu seketika tersentak dan menatap tajam kearah Rio. “Apa?” tantang Rio, “Jangan salahkan aku kalau baru saja aku hampir membuatmu tuli. Kau tau? Hari ini kau aneh” jujur Rio, membuat Agni seketika mengalihkan pandangannya kembali pada Rio.

“Aku aneh?” tunjuk Agni pada dirinya sendiri, sontak Rio mengangguk. “Apa yang aneh dariku? Aku tetap Agni, Clarisa Agnia. Memang apa yang membuatmu mengatakan kalau aku aneh?” Rio kembali mendengus mendengar penuturan ‘polos’ itu. Ya Tuhan, dengus Rio.

“Kau aneh, Agni. Kau tau? Hari ini kau lebih terlihat seperti zombie”Agni mengernyitkan dahinya setelah mendengar penjelasan Rio barusan. Benarkah aku seperti zombie?, batin Agni bertanya. “Sudahlah. Lupakan apa yang aku katakan padamu barusan. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun” Rio bangkit dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan Agni. Agni yang ditinggal sendirian di kantin saat itu masih terdiam, entah apa yang menganggu pikirannya saat ini.

***

“Hari ini kau akan menghadari sebuah acara musik disalah satu stasiun tv, disana kau akan menyanyikan lagu di segmen 2 dan 5. Pada segmen ke 3 kau akan ‘bermain’ bersama mereka dan…” Cakka mendekap mulut Agni yang seketika langsung membuat gadis itu terdiam. Agni mendelik ganas kearah Cakka seolah berkata ‘hei!!!’

“Bermain? Apa maksudnya itu?” seketika Agni tersenyum dan melepaskan dekapan Cakka. Gadis manis itu menatap Cakka dengan pandangan yang –jujur saja- Cakka tidak tau apa artinya.

“Yah bermain. Mereka akan mengadakan semacam games, aku sendiri tidak tau apa games itu, disana kau harus menjadi salah satu peserta dan akan bertanding melawan bintang tamu yang lain tapi menurut kabar yang aku dapatkan, mereka akan mengadakan semacam games untuk pasangan…”

“PASANGAN” teriakan Cakka itu kontan membuat Agni terdiam dan menatap Cakka dengan heran. Hei, ada apa dengannya? Berlebihan sekali reaksinya, pikir Agni. “Aku tidak mau” seketika Agni terbelalak. Bagaimana mungkin Cakka menolak jika jadwal itu sudah dari jauh hari disusun dan Cakka sendiri telah menandatangani kontraknya.

“Kau harus mau, bodoh. Kau mau dituntut lagi hah??” Cakka terdiam mendengar teriak Agni barusan. Yah, Cakka memang pernah dituntut karena tidak mau menghadiri acara, padahal Cakka sudah menantangani kontrak dan menerima uang mukanya. Agni menatap Cakka menantang, Cakka yang melihat itu hanya mendengus kemudian mengangguk terpaksa. “Bagus” Agni tersenyum senang melihat reaksi Cakka barusan, detik kemudian gadis manis itu sudah berlari ke kamarnya meninggalkan Cakka yang masih terdiam ditempatnya semula.

Continued...

One Thing #1st


HeiHo!!! *gandeng Niall*
gue balik lagi bawa' cerita gaje yg NGGA jamin bakal selesai ._.V
Mungkin cerita ini bakal ngaret & aneh :\
see?

Selamat Menikmati!!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“AGNIIIIII” teriakan itu sukses buat gue bangun dari khayalan indah gue yang baru aja berjalan sekitar 10 menit itu. Gila!!! penyanyi kok kalo teriak bisa cempreng sih suaranya. Gue mulai ragu deh, dia beneran penyanyi atau Cuma abal-abal sih. Meragukan banget suaranya.

Dengan males, enggan dan lunglai gue menghampiri tuh sumber suara cempreng itu. Mata hitam gue langsung ngeliat cowok dengan penampilan yang acak-acakan banget, ya bisa dibilang hancur sih. Well, memang itu kebiasaan dia tiap pagi, bangun tidur bukannya mandi eh.. malah teriak-teriak kaya’ tadi. Gue natap dia males, sumpah deh, pengen banget gue sumpel tuh mulutnya dengan kaos kaki olahraga gue, ups, gue sadis juga ya.

“Ngapain lo senyam-senyum kaya’ orang gila gitu?” gue natap tuh orang tajem, ngerasa terganggu untuk yang kesekian kalinya. Yang gue tatap Cuma nunjukin muka watadosnya. Beh, pengen banget deh gue timpuk nih orang. Sayang aja gue masih tau diri dan punya hati.

“Ada apa Tuan Muda?” dengan nada yang dibuat-buat gue nyoba nanya sama nih orang gila satu. Dia Cuma senyum penuh kemenangan sama gue dan entah kenapa itu selalu ngebuat gue makin muak dengan mukanya yang –ehm- ganteng itu.

“Lo kemana aja sih? Gue dari tadi treak-treak manggil lo tapi sama sekali ngga lo tanggepin. Lo kemana hah? Oh… atau lo udah bosen kerja sama gue. Oke fine, gue bisa pe…” ini yang ngga gue suka dari nih manusia satu, nih orang kalo udah ngomong susah berentinya, eh kalo udah diem… patung aja bisa kalah dari dia. Gue heran deh, nyokapnya ngidam apa sih waktu hamil nih manusia satu. Kok ada ya spesies kaya’ gini didunia yang emang udah aneh ini?

“Maaf Tuan Muda yang terhormat, bukankah tadi anda menyuruh saya untuk membersihkan mobil anda?” demi apapun, gue muak sama nih orang satu. Dia Cuma ngangguk-ngangguk doang. Yah… mungkin udah sadar kalo gue telat dateng ke dia juga karena bersihin mobil kesayangannya itu.

“Lo siap-siap deh. Kita berangkat sekarang” dengan santainya dia melenggang naik ke lantai dua, yah kemana lagi kalo bukan ke kamarnya? Gue Cuma bisa natap dia kesel sambil mendengus kasar. Jengkel sama tuh manusia satu. Dasar gila! Kalo bukan karena om Duta mohon-mohon sama gue, gue ngga bakal mau jadi assisten lo, Cakka Ferdinand!!!

Well, tuh orang menyebalkan, gila dan aneh itu emang punya nama yang bagus. Cakka lengkapnya Cakka Ferdinand, diusianya yang terbilang muda, Cakka udah punya karir yang cemerlang, muka –ehm- gantengnya itu udah sering seliweran di stasiun tv swasta. Yah, itu salah satu alesan terbesar seorang Cakka Ferdinand buat bersikap semena-mena sama orang, termasuk gue. Gue Agni lengkapnya sih  Clarisa Agnia. Gue disini sebagai assiten pribadi si Cakka dan itu jadi senjata dia buat seenaknya sama gue. Njir banget ngga tuh orang?

“AGNII, LO UDAH SIAP BELOM. 10 MENIT LAGI LO BELOM SIAP? GUE TINGGAL!!!” shit, tuh orang hobi banget ngebuat gue kelabakan. Dengan terburu-buru dan dengan kecepatan yang melebihi seekor siput, gue mulai masuk ke kamar gue dan siap-siap ke sekolah. Bareng tuh manusia aneh tentunya.

***

Mobil sport mewah keluaran terbaru itu mulai memasuki daerah sekolah elit tempatnya menuntut ilmu. Athena Senior High School, sekolah berstandard internasioanal yang memang terkenal saat ini, sebagian murid yang berada dan berstatus sebagai siswa disitu memang bukan siswa biasa. Well, jangan memikirkan kalau mereka sebangsa jin atau makhluk lainnya. Maksudnya, mereka memiliki status social yang sama, mereka semua dari kalangan atas dan rata-rata memiliki karir tersendiri.

Cakka terlihat merapikan rambut harajukunya itu dan detik kemudian pemuda itu tersenyum miring. Seolah menyadari parasnya yang menawan. Sedangkan Agni? Satu-satunya manusia yang melihat hal itu hanya menatapnya dengan malas dan muak. Ya Tuhan, tabahkanlah hambamu ini, doa Agni setiap melihat tingkah menyebalkan majikannya itu.

“Turun lo” tanpa disuruh dua kali, Agni langsung turun dari mobil sport mewah itu dan membannting pintu dengan keras, membuat Cakka mengumpatnya dan menatapnya tajam, Agni hanya nyengir garing pada majikannya itu. “Bawa’in tas gue” Agni yang belum sigap dengan lemparan Cakka itu sedikit kelabakan ketika ransel hitam itu terbang kearahnya. Agni menatap Cakka bengis, seolah dengan seperti itu Cakka bisa mati, atau setidaknya tidak sadarkan diri untuk selamanya, tapi sayang, itu hanya sekedar permintaan bodoh yang ngga akan pernah terjadi. “Ngapain lo ngeliatin gue kaya’ gitu?” hardik Cakka yang membuat Agni keki setengah mati. Agni menggelengkan kepalanya perlahan kemudian mulai melangkah meninggalkan sang majikan yang sedang sibuk tebar pesona dengan fans-fansnya. Dasar artis gila, umpat Agni.

“Awas aja lo Cakka. Tunggu pembalasan gue” Agni terus mengumpat Cakka, bibir mungilnya itu terlihat lucu ketika Agni berbicara cepat seperti itu.

***

“AGNI, BURUAN NAPA SIH. LO JADI ORANG LELET BANGET DEH” Agni kembali mendengus kesal ketika mendengar teriakan cempreng sang majikan. Dengan tangan yang sudah penuh dengan pesanan Cakka.

Agni mencoba melangkah dengan hati-hati tapi naas, walaupun sudah berhati-hati, Agni tanpa sengaja tersandung kaki seseorang yang entah sengaja atau tidak tiba-tiba berada dihadapannya. Seketika Agni terjatuh, dengan bawa’annya yang sudah hancur berantakan menimpa seseorang.  ‘O..Ow’ batin Agni shock, hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Argh, Agni lo apa-apain sih. Liat nih gara-gara lo baju gue jadi kotor” orang itu menatap Agni tajam sedangkan sang tersangka –Agni- hanya tersenyum konyol sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya. Membuat orang itu mendengus kesal, sedikit kasihan melihat ekspresi gadis manis itu.

“Hhe, Sorry Yo. Agni ngga sengaja” Agni mencoba bangkit dan mendekati Rio yang sibuk membersihkan seragamnya yang kotor karena ulah ceroboh Agni barusan. Agni menatap Rio dengan bersalah, tidak tega melihat keadaan sahabatnya itu. “Aduh Yo. Sorry, Agni beneran ngga sengaja. Tadi, pas Agni mau nganterin makanan itu buat Cakka, tiba-tiba Agni kesandung trus jatoh. Beneran deh, Agni ngga maksud buat ngotorin baju Iyo”

Well, jangan heran jika nada bicara Agni berbeda, memang sebenarnya inilah sosok asli dari seorang Clarisa Agnia, gadis manja, egois dan keras kepala. Tapi Agni hanya menunjukkan itu pada Rio, sahabat terbaik sekaligus seseorang yang sudah dianggapnya seperti kakak kandungnya sendiri. Terlihat Rio hanya tersenyum maklum, mengerti pekerjaan Agni yang secara tidak langsung sudah menjadi budak Cakka.

“Ngga apa-apa kok, Iyo maklum” Rio tersenyum tulus membuat Agni bernafas lega, tangan Rio terangkat, mengelus puncak kepala Agni dengan lembut. Agni hanya tersenyum menanggapi kebiasaan Rio itu.

“Makasih Rio” Agni tersenyum senang, setidaknya Rio tidak marah karena kebodohan Agni itu. Rio mengangguk perlahan, tangannya masih berada dipuncak kepala Agni.

“Agni, lo kemana aja sih? Lama banget, gue udah laper tau!” Agni mendengus kesal ketika menyadari monster itu berada didekatnya dalam radius kurang dari 2 meter. Agni melirik malas kearah Cakka yang menatap keduanya bingung. “Lo kenapa Yo? Kotor banget” Rio hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Cakka, ‘Ini gara-gara lo Cicak’ batin Agni kesal meratapi kebodohan sang majikan. “Eh, makanan gue mana?” kini Cakka beralih menatap kearah Agni yang sedari tadi diam.

“Tuh…” dengan santai Agni menunjuk kearah makanan yang sudah hancur berantakan dilantai kantin, membuat Cakka menatapnya miris, sedikit tidak rela menatap makanan itu terbuang percuma.

“Kenapa bisa gitu? Lo ceroboh banget sih Ag. Masa’ gitu aja ngga bisa, Cuma bawa’in makanan gitu doang aja bisa jatoh. Bego banget sih lo” Agni menatap Cakka marah, tangannya terlihat mengepal hebat, entah mengapa tiba-tiba Agni merasa emosi. Rio yang memperhatikan perubahan Agni itu langsung tanggap dan langsung merangkul Agni, mencoba menenangkan emosi gadis manis itu.

“Sorry Kka. Ini salah gue, tadi gue jalan ngga liat-liat trus nabrak Agni. Jadi ya… gitu deh” Agni sedikit tersentak mendengar pengakuan ‘abal’ Rio itu. Cakka yang masih ragu mencoba menatap Agni, berharap gadis manis dihadapannya itu mau membuka bibir mungilnya. “Kalo gitu gue sama Agni duluan ya. Gue pinjem Agni bentar” dengan terpaksa –harus Cakka akui- ia menangguk. Ada sedikit perasaan tidak rela tiba-tiba menyergapnya.

“Tuh orang berdua mau kemana sih?” gumam Cakka sambil terus memperhatikan punggung Rio dan Agni yang menghilang disudut kantin. “Udahlah, bukan urusan gue ini” kembali Cakka bergumam, detik kemudian pemuda tampan itu memesan makanannya sendiri. “Punya assisten kok kerjaannya ceroboh mulu sih” umpat Cakka sambil menikmati bakso kuahnya.

***

“Hari ini lo ada manggung di Cross Café, Café itu punya temennya Om Duta dan dia minta lo sebagai bintang tamu utamanya. Ini acara launching café itu” Agni sibuk membuka buku notes kecil tempat semua jadwal manggung Cakka tersimpan rapi. Cakka menatap Agni malas.

“Gue males” seketika Agni meotot ganas mendengar tanggapan majikannya itu, dengan segera Agni langsung duduk disebelah Cakka, membuat pemuda itu sedikit bergeser akibat tindakan Agni yang tiba-tiba itu.

“Lo harus mau Cakka…. Ini semua demi karir lo dan demi Om Duta. Lo tau? Om Candra itu sahabatnya Om Duta, masa’ lo mau ngecewain Om Duta sih, Kka. Lo tega deh sama bokap sendiri” Cakka mendengus kesal mendengar ceramah singkat Agni ini, sesekali pemuda tampan itu menggosok telinganya, seakan terganggu dengan ceramah assistennya itu.

“Iya-iya. Cerewet banget sih lo. Emang acaranya jam berapa?” Agni tersenyum senang melihat Cakka yang berubah pikiran, dengan segera tangan mungilnya mulai membalikkan buku notes kecil itu, berniat melihat jadwal Cakka malam itu.

“Jam 7 malem, Kka” Cakka tersentak menatap senyum manis yang tersungging dibibir mungil Agni itu, entah mengapa itu menjadi salah satu hobi Cakka belakangan ini, tanpa sadar Cakka juga tersenyum manis, tangannya terangkat kemudian mengelus lembut puncak kepala Agni. Agni hanya tersenyum, walaupun hati kecilnya masih belum percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Cakka.

***

Agni terlihat gelisah, acara akan dimulai sekitar 30 menit lagi dan sampai saat ini Cakka belum menunjukkan wujudnya yang menyebalkan itu. Berulang kali Agni mondar-mandir didepan pintu kamar Cakka, sesekali juga gadis manis ini mengetuknya dan Cakka hanya menjawabnya dengan santai. Seolah yang dilakukannya itu bukan suatu kesalahan. Agni sampai keki sendiri dibuatnya.

“Cakka… buruan dong. Acaranya mulai setengah jam lagi nih. Lo tau kan tuh café lumayan jauh dari sini. Buruan dong. Lo ngapain sih didalem? Beranak ya? Tunda dulu deh, yang penting lo sekarang keluar dan kita pergi. Om Candra udah nungguin lo. Lo lelet amat sih jadi orang…” inilah salah satu kebiasaan Agni, jika dirinya sedang dalam keadaan tegang, gadis manis ini bisa mengeluarkan kata-kata asalnya, entah bagaimana gadis manis itu bisa bersikap seperti itu. Yang pasti, Cakka menyukai saat-saat gadis manis itu berbicara aneh dan terkesan ajaib seperti itu. Didalam kamarnya, Cakka hanya terkekeh.

“Lo cerewet banget sih Ag. Telinga gue sakit dengerin suara cempreng lo itu” Cakka menoyor pelan kepala Agni membuat gadis manis itu mengerucutkan bibirnya, merasa tidak terima atas perkataan Cakka barusan.

“Buruan. Daritadi Om Candra udah nelponin gue tau. Lo lelet banget sih. Lo kalo mau beranak jangan pas mau nampil dong, kapan-kapan aja. Kalo gitu mah lo nyu…” dengan segera Cakka mendekap mulut gadis manis itu dan meyeretnya keluar, Agni sendiri sudah mencoba berontak, tapi sia-sia. Cakka terlalu kencang mendekapnya, Agni sedikit sesak nafas karenanya.

“Diem. Sekarang kita jalan, oke?” Agni mengangguk, masih dengan mengerucutkan bibir mungilnya. “Udah ah, lo tambah jelek kalo manyun gitu” Agni makin mengerucutkan bibir mungilnya itu, membuat Cakka tidak bisa lagi menahan tawanya. Tangan Cakka terangkat, mengelus puncak kepala Agni, detik kemudian pemuda itu mulai menjalankan mobil sportnya membelah jalanan ibu kota.

***

Cakka tersenyum manis kemudian sedikit membungkukkan badannya kepada penonton yang sedari tadi bertepuk tangan karena penampilannya malam itu, mata Cakka menangkap tubuh mungil Agni yang sedang mengacungkan kedua jempolnya kepada Cakka sambil tersenyum manis, Cakka tersenyum geli melihat tingkah assistennya itu.

Langkah Agni terhenti ketika melihat Cakka sedang berbicara dengan seorang gadis cantik, Agni sedikit mengernyit melihat kejadian itu apalagi sampai seorang Cakka tersenyum. Oh God, pasti ada yang salah sama perlihatan Agni. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin seorang Cakka Ferdinand tersenyum bahkan tertawa lepas seperti itu?

Dengan pandangan yang –masih- bingung Agni mendekat kearah mereka –Cakka & Gadis cantik-, tentu saja dengan membawa sebotol air mineral, itupun sesuai permintaan Cakka. Tubuh mungil Agni semakin mendekat dan itu membuatnya semakin bisa mendengar dan melihat dengan jelas apa yang dilakukan Cakka dengan gadis manis itu. Agni menepuk bahu Cakka perlahan. Well, posisi Cakka saat itu memang membalakangi Agni. Cakka sedikit tersentak karenanya.

“Lo kemana aja sih dari tadi gue cariin tau?” Cakka menggerutu sambil merebut botol yang berisi air mineral itu dari tangan Agni. Agni hanya bisa menggerutu kesal melihat tingkah Cakka barusan. ‘Apanya yang nungguin gue? Bukannya dari tadi lo sibuk’ bibir mungil Agni terlihat bergerak-gerak tidak jelas, membuat Cakka melihatnya dengan mengernyitkan dahinya. ‘Nih cewek gila kali ya’ Cakka menggeleng perlahan kemudian kembali meneguk air mineral itu.

“Kka, gue duluan ya” Agni mengernyit heran, ternyata gadis cantik itu masih bersama dengan mereka. Sungguh, Agni sama sekali tidak menyadari, Agni mengira gadis manis itu sudah pergi dari tadi. Cakka mengangguk perlahan, gadis cantik itu tersenyum ramah pada Agni kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

“Siapa Kka?” tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis cantik yang sudah berjarak cukup jauh darinya, Agni membuka suara. Cakka mengernyit, kemudian tersenyum penuh arti, entah apa artinya itu.

“Oh, itu Acha. Emang kenapa? Tumben lo nanya-nanya” senyum aneh Cakka itu masih menghiasi wajah tampannya, Agni berbalik kemudian menatap Cakka heran, terutama dengan senyumnya yang harus Agni akui, itu –sangat- membuatnya muak.

“Ngga sih, Cuma nanya doang. Gue kaya’ pernah liat dia. Tapi gue lupa dimana” Agni terlihat berpikir keras. Sungguh, hatinya mengatakan kalau dirinya pernah bertemu dengan gadis cantik itu, tapi dimana?, itu yang menjadi pikiran Agni saat ini.

Cakka merangkul pundak Agni, membuar gadis manis itu sedikit tersentak kemudian kembali mentap Cakka dengan pandangan anehnya.

“Udahlah ngga usah dipikirin. Kita makan yuk, tadi Om Candra nawarin gue” dengan masih merangkul Agni, Cakka –sedikit- menyeret tubuh mungil itu supaya mengikuti langkahnya dan senyum Agni seketika mengembang ketika dirinya melihat sosok pemuda jangkung dan hitam manis itu, Rio.

“Rio…” Agni melepas rangkulan Cakka dan mulai berjalan, lebih tepatnya berlari kecil menuju Rio yang sedang menikmati makanannya. Rio yang merasa dipanggilpun ikut menoleh dan tersenyum ketika melihat Agni berlari kecil kearahnya. “Iyo kok ngga bilang sih kalo mau kesini juga. Tau gitu kita kan bisa bareng” Rio terkekeh kecil mendengar perkataan Agni, sebenarnya bukan perkataan Agni, melainkan nada suaranya yang terdengar manja. Rio tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Agni.

“Iyo juga rencananya ngga mau kesini Ag. Tapi karena papa berhalangan hadir, jadi Iyo yang disuruh gantiin. Perwakilan gitu” Agni mengangguk mengerti, detik kemudian gadis manis itu merasakan seseorang menarik tangannya, siapa lagi kalau bukan Cakka?

“Kita pulang” nada bicara Cakka yang terdengar dingin itu membuar Agni dan Rio mengernyit heran dan saling berpandangan kemudian mengangkat bahu bersamaan. Tanpa mempedulikan keduanya, Cakka menarik Agni kasar, membuat gadis manis itu memekik tertahan. Rio semakin menatap Cakka tidak mengerti.

“Agni duluan ya, Yo” Rio hanya mengangguk mendengar teriakan kecil Agni tersebut. Ada yang aneh dari Cakka? Tapi apa? Apa Cakka cemburu? Hei, jangan katakan kalau Cakka mulai menyukai assistennya itu. Rio tersenyum penuh arti, sepertinya tebakannya benar.



Continued...

Rabu, 11 April 2012

#DA2014






David Archuleta!!!
OMJosh!!! How COOL you are :*
You're so AWESOME {}
We'll miss you, Dave!!
See You on 2014 :')
#DA2014

One Direction


ONE DIRECTION
Harry Styles
Zayn Malik
Niall Horan
Louis Tomlinson
Liam Payne

CRAG

CRAG on Drum set :p
Look!!! How COOL they are :*

CRAG
Cakka Rio Alvin Gabriel 
Awesome Boys :p

CAGAR

CAGAR on Guitar set :)

‎OMJosh!!! How CUTE they are!!! ​(˘⌣˘)ε˘`)
 Look at this!!!
They're basketball player :')
I think, they have a good skill for it :p

Hey!!! They can singer too :')
diw you know?? They have GREAT voice, I think :'p

CAGAR
Cakka Kawekas Nuraga (Cakka)
Agni Tri Nubuwati (Agni)
Gabriel Stevent Damanik (Gabriel)
Alvin Jonathan Sindhunata (Alvin)
Mario Stevano Aditya Haling (Rio)