Selasa, 16 Agustus 2011

Everything and More [Short Story]

“Pagi bunda, Ayah, kak Rio” sapa gadis manis ini pada anggota keluarganya yang sudah berkumpul diruang makan, satu rutinitas pagi yang wajib dilakukan keluarga ini.
“Pagi sayang” balas wanita paruh baya yang sedang mengolesi roti tawar dengan selai cokelat kesayangan anaknya, sang anak hanya tersenyum manis dan berterima kasih pada sang bunda sambil menerima roti yang diberikan sang bunda.
“Buruan Ag, kak Rio udah telat nih” ajak Rio pada gadis yang dipanggilnya ‘Ag’ atau Agni, lebih tepatnya Agnia Arsyailendra, putri kedua dari pasangan Duta Arsyailendra dan Winda Irawan. Gadis manis yang mempunyai senyum memikat, cuek, sedikit tomboy dan sangat manja pada kakaknya, Mario Arsyailendra. Mario atau Rio, sama halnya dengan Agni, dia mempunyai senyum yang mampu membuat perempuan manapun menyukainya, walau hanya dengan menarik salah satu sudut bibirnya, bedanya jika Agni sedikit cuek maka Rio akan sangat ramah, walaupun pada orang yang belum dikenalnya dan itu yang kadang membuat Agni kesal karena sang kakak suka mempedulikan cewek-cewek ganjen disekolah mereka.
“Ntar aja kak, lagian ngapain sih pagi-pagi gini udah nongkrong disekolah. Mau nyamperin cewek-cewek ganjen itu ya” sinis Agni sambil memakan roti cokelatnya dengan santai, Duta dan Winda hanya menghela napas dan menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anak mereka ini.
“Aduh Agni, kakak udah beneran telat nih. Ada rapat OSIS, dan kakak harus on time dong, masa’ WaKeTos ngaret sih” bujuk Rio sedikit memelas, Agni menatapnya sekilas kemudian meminum susu cokelat kesukaannya dan bangun dari duduknya.
“Yaudah buruan” ujar Agni diikuti Rio dibelakangnya.
Keduanya langsung berjalan menuju CBR putih Rio yang sudah terparkir apik dihalaman rumah megah mereka, sebelumnya mereka sudah pamit pada orang tua mereka. Tidak seperti biasanya, kali ini perjalanan mereka hanya dihiasi hening yang sempurna, tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun dari keduanya. Agni hanyut dalam lamunannya, sedangkan Rio sibuk berkonsentrasi mengendari CBRnya supaya bisa tiba tepat waktu dan tidak telat rapat.
Gerbang Dirgantara Senior High School sudah terlihat, sepertinya pagi itu sudah cukup banyak siswa yang tiba disekolah. CBR Rio mulai memasuki parking area khusus motor yang berada lumayan jauh dari gedung inti Dirgantara Senior High School. Sebelum Rio menghentikan motornya dengan sempurna, Agni sudah melompat turun dari motor sang kakak, membuat Rio sedikit kehilangan keseimbangan, untungnya Rio punya gerak refleks yang bagus sehingga motornya tidak sampai jatuh terguling. Rio menatap punggung Agni dengan kesal yang sudah berjalan menuju kelasnya tanpa berbicara apapun pada Rio. Rio memakluminya, sepertinya Agni sedang marah. Udahlah, ntar juga balik lagi, pikir Rio sambil melirik arloji hitam yang bertengger manis ditangan sebelah kirinya, Rio memekik tertahan dan seketika langsung berlari menuju ruang OSIS.

***
“Kenapa Ag? BeTe gitu kaya’nya” tanya seorang gadis berwajah tirus pada Agni yang tadi melemparkan ranselnya sembarangan, kontan membuatnya terlonjak kaget karena ulah sahabatnya itu.
“Gue kesel sama kak Rio, Fy” curhat Agni pada Ify, lengkapnya Alyssa Prasetya, seorang pianis ternama, anak kedua dari dua bersaudara, mempunyai kakak bernama Alvin Prasetya yang notabenenya adalah salah satu sahabat Rio, kakak Agni.
“Kenapa lagi Ag? Lo kesel mulu deh sama kak Rio, ngga kasian lo” tanya Ify mengalihkan pandangannya pada Agni yang sudah menelungkupkan kepalanya diatas meja.
“Gimana ngga kesel coba, gue lagi enak-enakan sarapan dia udah ngajak jalan aja. Alesannya mau rapat OSIS lah. Bilang aja mau ketemu Kak Angel” cerocos Agni panjang lebar sambil melipat kedua tangannya didepan dada dan sedikit mengelembungkan pipinya. Ify hanya menggelengkan kepalanya, ia sudah biasa melihat sikap manja Agni pada Rio seperti itu, mungkin bagi yang belum tau kalau Agni dan Rio saudara, mereka akan mengira kalau keduanya berpacaran, jika dilihat dari cara mereka berdua.
“Ya wajar aja kali Ag, kak Angel kan pacar kak Rio. Trus juga dia kan sekretaris OSIS” jelas Ify mencoba sedikit menjelaskan pada Agni, terlihat ekspresi Agni kalau dia sedikit lesu mendengar penuturan sahabatnya itu. seketika Ify langsung merangkul Agni. “Udahlah, jangan cemberut gitu. Senyum dong” bujuk Ify sambil meletakan jarinya disamping bibir Agni, mencoba membuat sahabatnya itu tersenyum. Agni menatap Ify kemudian tersenyum.
“Apaan sih Fy” Agni mengalihkan pandangannya karena ulah Ify barusan, keduanya kontan tertawa bersama.

***
“Kantin yuk Ag” ajak Ify pada Agni yang masih membereskan buku-bukunya yang masih berserakan ke dalam ranselnya, Agni mengangguk perlahan.
“Yuk” ujar Agni sambil menarik tangan Ify keluar kelas dan menuju ke kantin yang sudah menjelma menjadi pasar tradisional.
Perjalanan keduanya menuju kantin menjadi pusat perhatian, bagaimana tidak? Keduanya mempunyai daya tarik tersendiri, selain prestasi mereka dibidang masing-masing, wajah yang diatas rata-rata mereka juga mempunyai kedudukan penting disekolah ini, membuat semua siswa Dirgantara Senior High School segan pada mereka.
Langkah Agni sedikit terhenti ketika melihat salah satu meja yang terletak agak pojok kantin, ya disitu sudah ada Rio, Alvin, Shilla dan Angel. Agni mengalihkan pandangannya menuju kearah lain, masih kesal karena tingkah Rio pagi tadi. sedangkan Rio? Menatap Agni dengan pandangan bersalah, Angel yang menyadari itu langsung mengalihkan pandangan Rio menghadap kearahnya, Rio tersenyum tipis menatap Angel.
“Mau dimana nih Ag? Rame banget gini” ujar Ify sambil melihat kesekelilingnya, mata Ify menangkap satu bangku yang kosong, segera saja gadis itu menarik Agni yang masih mematung menuju bangku kosong itu. “Hey, boleh duduk disini ngga?” tegur Ify pada orang yang duduk dibangku yang masih kosong itu, kontan saja yang ditegur mengalihkan pandangannya, terlihat dua orang gadis manis berada dihadapannya.
“Boleh kok, silakan aja” ujarnya sambil tersenyum manis pada Ify dan Agni, Ify membalasnya kemudian duduk dihadapan pemuda itu, Agni? Sedikit tertegun ketika melihat senyum manis cowok dihadapannya itu.
“Oh iya, kenalin gue Ray, Raynald Nugraha” ujar pemuda itu sambil mengulurkan pada kedua gadis dihadapannya.
“Gue Ify, Alyssa Prasetya dan ini...”
“Agni, lengkapnya Agnia Arsyailendra kan?” potong Ray mantap sambil menatap kearah Agni yang mengangguk canggung. “Siapa sih yang ngga tau lo. Agni, cewek yang jadi salah satu Most Wanted Girl, tomboy, cuek tapi manja banget sama kakaknya, anak kedua Duta Arsyailendra, pemilik perusahaan Arsyailendra Corporation, adik dari seorang Mario yang notabenenya adalah wakil ketua OSIS, kapten basket dan ketua PMI di Dirgantara Senior High School” jelas Ray panjang lebar, Agni dan Ify sedikit menganga mendengar penjabaran Ray tentang Agni. Keduanya menatap Ray kagum, tidak menyangka kalau Ray tau banyak tentang Agni.
“Lo… lo tau darimana soal gue?” tanya Agni masih menatap Ray kagum, yang diamini Ify.
“Aelah Ag, dapet data lo mah gampang. Hampir semua yang sekolah disini tau lagi” jawab Ray santai sambil menyeruput cappuccino icenya.
“Ckckck, salut gue sama lo, Ray” ujar Ify masih menatap Ray, Ray yang ditatap dua gadis cantik dihadapannya ini hanya tersenyum kecil.
Ketiganya larut dalam suasana yang menyenangkan, sesekali mereka terlihat tertawa dan saling bercerita satu sama lain. Entahlah, walaupun baru kenal, mereka sudah menemukan kecocokan satu sama lainnya. Tanpa ketiganya sadari, sedari tadi sepasang mata menatap mereka dengan tatapan tidak sukanya, ia mengabaikan gadis yang sedari tadi mengajaknya bicara, walaupun gadis itu adalah pacarnya sendiri. Alvin menatap Rio, kemudian mengernyitkan dahinya perlahan. Heran dengan tatapan Rio yang seperti itu, Alvin mencoba mengikuti arah pandangan Rio, dan Alvin terhenti pada salah satu meja yang terisi dua orang gadis dan satu orang pemuda. Alvin kembali memperhatikan dan akhirnya Alvin mengetahui apa yang dilihat Rio. Agni dan… Ray!!!
“Yo, ngelamun aja lo” tegur Alvin yang langsung membuat Rio tersentak dan manatapnya tajam.
“Lo apa-apaan sih Vin” ujar Rio tajam, tidak suka karena aktifitasnya terganggu.
“Ya lagian lo, malah ngelamun gitu. Kesian tuh si Angel lo kacangin” jelas Alvin panjang lebar sambil menunjuk Angel dengan dagunya, Rio menatap Angel yang sudah manyun. Rio menghela napas kemudian mengalihkan pandangannya pada Angel.
“Sorry Ngel, gue ngga maksud ngacangin lo” ujar Rio terlihat memelas. Angel hanya mengangguk kemudian kembali menikmati pesanannya.

***
Bel surga terdengar menggema diseluruh penjuru Dirgantara Senior High School, kontan saja seluruh siswanya langsung keluar kelas dan kembali ke alam masing-masing. Agni terlihat berjalan menuju Parking Area sendirian, karena tadi Ify sudah pulang terlebih dahulu bersama Alvin, kakaknya. Sesekali Agni menendang kerikil kecil yang menghalangi jalannya, sampai akhirnya Agni terhenti tepat disebelah CBR putih Rio yang masih terparkir apik ditempatnya.
“Ck, Kak Rio mana sih?” gerutu Agni sambil kembali melihat kearah murid-murid yang masih keluar dari ruangannya, siapa tau salah satu diantara mereka adalah Rio. Tak berapa lama Rio muncul, wajah Agni yang semula sumbringah langsung cemberut melihat Rio bersama Angel berjalan kearahnya sambil bergandengan tangan. “Lama amat sih kak, Agni capek tau nungguin kakak disini” langsung saja Agni menumpahkan kekesalannya pada Rio, Angel menatap Agni tidak suka sedangkan Agni sendiri menatap Angel malas.
“Maaf Ag, tadi kak Rio ada urusan bentar” jelas Rio, terlihat Agni masih terdiam sambil melipat tangannya didepan dada.
“Urusan apa sih kak? Kaya’nya penting banget sampe-sampe kakak tega buat Agni nunggu lama gini” ketus Agni menatap Angel tajam, Rio mendekat kearah Agni kemudian mengelus pipi Agni lembut.
“Maaf ya sayang, kakak ngga maksud buat Agni nunggu. Tadi kakak ngambil berkas yang ketinggalan diruang OSIS” jelas Rio masih mengelus lembut pipi Agni, Agni hanya mengangguk mengerti.
“Pulang yuk kak, Agni capek” ajak Agni manja sambil menarik tangan kiri Rio, tapi Rio tidak bergerak sedikit pun karena tangan kanan Rio juga ditahan oleh Angel.
“Enak aja lo, Rio pulang bareng gue” ujar Angel menahan sebelah tangan Rio. “Iya kan sayang? Aku bareng kamu ya, soalnya hari ini aku ngga dijemput” ujar Angel manis pada Rio, sedangkan Agni? Menatap pemandangan didepannya itu dengan pandangan yang menunjukkan kalau dia tidak menyukainya.
“Eh sembarangan aja lo, kak Rio pulang bareng gue” balas Agni sambil melepas paksa tangan Angel yang memegangi tangan Rio tadi.
“Heh, lo apa-apaan sih, lo harusnya nyadar dong, gue pacar Rio, wajar aja kalo gue pulang bareng dia” bentak Angel kasar pada Agni, karena tidak bisa dibentak langsung Agni sedikit bersembunyi dibelakang Rio dan mengencangkan pegangannya pada lengan Rio, sorot mata Agni sudah berkaca-kaca menatap Angel takut. Inilah salah satu kelemahan seorang Agnia Arsyailendra, ia sama sekali tidak bisa dibentak.
“Ka-Kak… Rio… Agni takut kak” ujar Agni bergetar sambil mengencangkan pegangan tangannya pada lengan Rio. Rio mengalihkan pandangannya menuju Agni yang sudah bergetar karena ketakutan.
“Ag, Agni ngga apa-apa kan?” tanya Rio memastika keadaan Agni, Agni menggeleng lemah dan bersembunyi dibelakang Rio, masih takut karena Angel sekarang sudah menatapnya tajam. Rio mangalihkan pandangannya pada Angel, pandangan tidak suka karena Angel sudah membuat Agni ketakutan seperti sekarang. “Lo bisa ngga sih ngga ngebentak Agni? Dia paling ngga bisa dibentak. Liat, akibat ulah lo, Agni jadi ketakutan” teriak Rio menatap Angel tidak suka, Angel menatap Rio sedikit memelas.
“Maaf Yo, aku ngga tau kalo dia ngga bisa dibentak” ujar Angel lemah, Rio menghela napas panjang.
“Udahlah, gue males ribut. Gue pulang bareng Agni, lo pulang aja sendiri” ucap Rio sambil menuntun Agni yang masih ketakutan kearah CBR putihnya, dibelakang Angel terdiam mendengar ucapan dari Rio.
Rio sudah melajukan CBR putihnya meninggalkan parking area, terlihat Angel yang masih terdiam. Masih tidak percaya kalau Rio meninggalkannya gara-gara adiknya itu dibentak. Angel menatap Rio yang sudah menghilang ditikungan sekolah, ia kesal karena Rio lebih membela Agni daripada dirinya.
“Sialan tuh anak!! Gara-gara dia, Rio jadi marah sama gue” gerutu Angel sambil menyentakkan kakinya kasar kemudian melenggang keluar sekolah dengan langkah besar.

***
“Agni ngga apa-apa kan?” tanya Rio pada Agni yang sekarang lagi asyik menonton acara kesukaannya sambil memakan kripik singkong favoritnya, Agni menggeleng perlahan tanpa mengalihkan pandangannya menuju Rio. “Beneran?” ujar Rio meyakinkan kembali, Agni menatap Rio.
“Agni ngga apa-apa kak, ya tadi Agni kaget aja tiba-tiba dibentak gitu. Kakak kan tau Agni ngga bisa dibentak” ujar Agni mengalihkan pandangannya lagi menuju TV, Rio mengelus rambut Agni perlahan.
“Yaudah kalo gitu, maaf ya kalo kak Angel udah ngebentak kamu tadi” ujar Rio, tanngannya masih mengelus kepala Agni, Agni hanya mengangguk malas, Rio tersenyum tipis melihatnya. “Tidur gih, udah malem lho. Ntar besok telat lagi” perintah Rio, Agni menggeleng tanpa menatap Rio.
“Ntar deh kak, Agni masih mau nonton. Lagian kapan lagi Agni bisa nonton sampe malem gini, mumpung ngga ada Ayah sama Bunda” jelas Agni panjang lebar, Rio hanya tersenyum samar dan menggelengkan kepala mendengar jawaban Agni.
Keduanya larut dalam tayangan TV yang mereka tonton, sesekali wajah mereka terlihat tegang menatapnya. Rio mengalihkan pandangannya menuju jam dinding yang ada disekitarnya, pukul 00.25 WIB. Udah malem ternyata, batin Rio mengalihkan pandangannya pada Agni yang ternyata sudah terlelap sambil menyender dibahu Rio dan memeluk erat salah satu lengan Rio. Rio tersenyum kemudian mulai membopong Agni, membawanya menuju kamar dan meletakkannya dibed soft bluenya. Ketika dirasakan menyentuh bednya, Agni tanpa sadar langsung memeluk guling yang ada disebelahnya, Rio tersenyum geli menatapnya.
Night Princess. Have a sweet dream” ujar Rio perlahan sambil menatap Agni dalam dan lama, kemudian mencium pipi chubby Agni lalu melangkah meninggalkan kamar Agni.

***
‘Sampe kapan kita gini bun, Rio udah ngga sanggup’
Sayup-sayup Agni mendengar suara dari arah kamar Rio, pagi itu Agni berniat membangunkan Rio tapi langkah Agni terhenti ketika ia mendengar suara Rio barusan.
‘Iya, tapi sampe kapan? Rio ngga sanggup harus pura-pura gitu bun. Rio sayang di…’
“Shit, pake lowbath lagi” gerutu Rio sambil membantingkan BlackBerrynya dibednya, Rio mengacak rambutnya frustasi, Agni hanya menatapnya heran dan bingung.
Kenapa kak Rio sampai seperti itu? dan dengan siapa kak Rio berbicara? Bun, apakah itu bunda?, pikir Agni, tapi detik kemudian ia mengangkat bahunya perlahan. Toh ngga ada urusannya sama gue, batin Agni membuka pintu kamar Rio perlahan.
“Kak, sarapan yuk. Bibi udah nyiapin tuh” panggil Agni, kontan membuat Rio terlonjak dari tempatnya. Rio menatap Agni takut.
“Ag… Agni, sejak kapan disitu? Udah lama?” tanya Rio sedikit gugup, Agni mengernyitkan dahinya heran kemudian melangkah masuk ke kamar Rio.
“Baru sih kak, kakak kenapa sih? Sakit ya” Agni berniat memegang jidat Rio tapi dengan gerakan cepat Rio menepisnya perlahan dan memegang tangan Agni.
“Kak Rio ngga apa-apa kok, yaudah yuk, ntar telat lagi” Rio menarik Agni perlahan menuju ruang makan, mereka sudah siap untuk berangkat menuju sekolah mereka. Tanpa Agni sadari, Rio terlihat menghela napas lega.

***
“Heh cewek manja, sini lo” terdengar teriakan dari belakang, Agni menoleh kemudian menatap orang itu tajam, terlihat orang itu mendekat kearah Agni.
“Mau apa lo?” tantang Agni sambil melipat tangannya didepan dada, membuat orang dihadapnnya itu -Angel- seakan ingin memakannya saat itu juga.
“Ikut gue” ujar Angel sambil menarik tangan Agni paksa, Agni berontak mencoba melepaskan cengkraman Angel tapi hasilnya nihil, Angel mencengkramnya dengan sangat kuat. Agni meringis karenanya.
Angel menarik Agni paksa menuju kearah belakang sekolah, dimana terletak gudang sekolah yang jarang dilalui siswa, Agni sudah ketakutan melihat kearah mana Angel menarik paksa dirinya. Agni semakin berontak tapi gagal, Angel membuka pintu gudang dan mendorong paksa Agni masuk kedalam gudang itu, Agni sampai harus terhuyung dan terjatuh kelantai akibat dorongan Angel, segera saja Angel menutup dan mengunci gudang itu. Terdengar teriakan Agni dari dalam gudang, Angel hanya tersenyum sinis menatapnya.
“Kak… Kak Angel buka Kak, Kak Angel” teriak Agni sambil mencoba mendorong sambil menggerakkan kenop pintu tapi hasilnya nihil.
“Bye-bye cewek manja, hari ini Rio bakal jadi milik gue” desis Angel kemudian melangkah menjauhi gudang itu.
“Kak Angel buka pintunya kak, Agni takut” ujar Agni perlahan menatap sekitarnya yang lumayan gelap, hanya ada sedikit sinar dari jendela yang tertutup rapat. Agni merosot kelantai dan menyender dipintu, tangannya masih mengetuk pintu itu. berharap ada yang mendengarnya.

***
Merasa bosan karena situasi yang ramai, Ray berjalan menjauhi keramaian dikelasnya, gara-gara guru rapat semua siswa dibebaskan dari berbagai macam pelajaran. Ray berjalan pelan menuju kearah belakang sekolah, tempat dirinya menenangkan diri. Ditangannya sudah ada komik Detective Conan dan earphone iPod menjuntai indah dikedua telinganya. Ketika melewati gudang sekolah, Ray merasa ada yang mengetuk pintu dari dalam, perlahan Ray melepas earphonenya mencoba mendengar lebih jelas. Masih terdengar ketukan pintu, ketukan itu sedikit lemah. Ray mencoba mendekat lagi.
“Heh, didalem ada orang ya?” ujar Ray sambil mengetuk pintu gudang itu, kontan Agni yang berada didalam gudang langsung berdiri kemudian membalas ketukan Ray.
“Iya, ada gue. Bisa tolong bukain pintunya ngga, gue takut” terdengar suara Agni sudah bergetar, Ray yang merasa mengenali suara itu mendekatkan telinganya kepintu.
“Lo… Agni?” tanya Ray terdengar ragu, Agni mengiyakan ucapan Ray.
Ray menyuruh Agni menjauh dari pintu kemudian mendobrak pintu gudang itu dengan sekali tendangan. Ray mendekat kearah Agni yang terduduk melipat kakinya sambil menyembunyikan kepalanya, Ray mengelus kepala Agni perlahan. Agni mendongak, Ray tersentak melihat wajah Agni yang pucat pasi seperti itu, detik kemudian agni merasa pandangannya ditutupi gelap.
“Ag… Agni… bangun Ag” ujar Ray sambil menepuk pipi Agni perlahan, Ray yang cemas langsung menggendong Agni menuju UKS tanpa mempedulikan dirinya menjadi pusat perhatian.
Ditempat lain, tepatnya diruang OSIS, Rio merasa hatinya gelisah, dadanya tiba-tiba terasa sesak. Selama rapat dilangsungkan Rio tidak terlalu mendengarkan, bahkan beberapa kali ia ditegur karena melamun. Angel yang melihat Rio seperti itu mencoba menenangkan kekasihnya itu, Rio hanya menatap Angel kemudian tersenyum tipis. Akhirnya rapat OSIS selesai, setelah membereskan semua berkasnya Rio langsung keluar tanpa mempedulikan Alvin dan Angel yang memanggilnya, sekarang pikiran Rio hanya dipenuhi oleh Agni, entah kenapa Rio merasa Agni sedang tidak baik-baik saja. Rio langsung melangkahkan kakinya menuju kelas Agni, nihil Rio tidak menemukan Agni disana, yang ada hanya Ify yang sibuk membaca novelnya.
“Fy, Agni mana?” tanya Rio langsung, Ify yang kaget mengelus pelan dadanya kemudian menggeleng lemah.
“Tadi sih dia ke toilet kak, tapi sampe sekarang sih belum balik lagi. Emang kenapa kak?” jawab dan tanya Ify menatap Rio bingung, terlihat jelas raut kekhawatiran diwajah tampannya.
“Thanks Fy” jawab Rio langsung berlari meninggalkan ruang kelas Agni dengan meninggalkan pandangan penuh pertanyaan pada Ify.
“Tuh anak kemana sih, dicariin juga” batin Rio sambil mengawasi daerah sekitar sekolahnya, siapa tau muncul sosok yang dicarinya tadi. “Eh, lo liat Agni ngga?” tanya Rio mencegat langsung seorang siswi yang sepertinya baru keluar dari toilet cewek.
“Tadi sih gue liat dia pingsan, soalnya digendong gitu. Kaya’nya sekarang diUKS deh” jelas siswi itu mengingat kejadian sebelum dirinya masuk ke toilet.
“APA..!!! Pingsan” teriak Rio yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian. “Thanks ya” ujar Rio langsung berlari meninggalkan siswi yang masih terdiam karena teriakan Rio barusan.
Segera saja Rio berlari menuju UKS yang berada lumayan jauh  dari tempatnya semula, Rio harus menuruni beberapa lantai dan melewati lapangan basket outdoor untuk bisa sampai diUKS, ketika melewati ruang OSIS, Angel yang melihat Rio langsung memanggilnya tapi dihiraukan Rio, pikiran Rio terlalu penuh dengan bagaimana kondisi Agni sekarang?. Angel yang merasa diabaikan langsung menuruti kemana langkah Rio dan Rio terhenti tepat didepan pintu UKS, terlihat sedang mengatur napas dan langsung menyeruak masuk.
“Agni ngga apa-apa kan?” tanya Rio menyerbu Agni yang baru sadarkan diri, Agni hanya menggeleng lemah, Rio mengalihkan pandangannya menuju Ray yang duduk disalah satu bangku diUKS itu. “Lo apain Agni sampe pingsan gitu?” ujar Rio sambil menarik kerah baju Ray, membuat pemuda itu sesak napas.
“Ga.. Ngga, Agni ngga gue apa-apain” jelas Ray tercekat, agak sulit karena Rio mencengkeram kerah bajunya cukup kuat. Agni menatap keduanya bingung kemudian mencoba melepaskan tangan Rio dari kerah baju Ray.
“Ray ngga salah kak, malah dia yang nolongin Agni tadi” ujar Agni mencoba memperjelas masalah itu dan mencoba melepaskan cengkeraman Rio, Rio menatap Agni, sedangkan Agni mengangguk mantap. Perlahan Rio mulai melepaskan cengkeramannya dan duduk disisi ranjang tempat tadi Agni berbaring. “Ray ngga salah kak, tadi Agni dikunciin digudang belakang. Trus Ray yang nolongin Agni, Agni pingsan karena disana gelap trus sesek juga kak” jelas Agni panjang lebar, Rio menatap Agni seolah mencari kejujuran dan Rio tau bahwa Agni tidak mungkin berbohong. Rio menghela napas lega.
“Sorry Ray, gue salah” ujar Rio perlahan, Ray mengangguk sambil sesekali mengelus lehernya yang masih sakit. “Eh iya, tadi Agni bilang kalo Agni dikunciin. Siapa yang berani ngunciin Agni digudang belakang?” tanya Rio menatap Agni penuh selidik, Agni menunduk, tidak berani menatap mata Rio langsung.
“Rio, kamu daritadi aku panggilin ngga nyaut-nyaut. Ternyata kamu disini” seru seseorang memasuki UKS, ketinganya –RioAgniRay- mengalihkan pandangan mereka menuju orang itu, Agni tersentak kemudian memeluk lengan Rio erat sambari menyembunyikan wajahnya dari Angel –orang itu-.
“Agni kenapa?” tanya Rio lembut, Agni hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Angel takut, Rio mengikuti pandangan Agni pada Angel, kemudian menatap Agni lagi.
“Di-dia yang ngunciin Agni, kak” adu Agni bergetar, Rio tersentak kemudian menatap Angel tajam, Angel menatap Agni tidak percaya, masih tidak menyangka Agni mengadukan perbuatannya pada Rio, sedangkan Ray? Menatap ketiganya dengan pandangan heran dan bingung.
“Maksud kamu apa Ag? Kakak ngga mungkin ngunciin kamu” elak Angel –sok- manis ppada Agni, Agni melotot manatap Angel garang.
“Ngga usah bohong lo. Lo yang ngunciin gue digudang tadi, ngga usah sok baik didepan kak Rio” teriak Agni pada Angel yang semakin gelapan. Perlahan Rio melepaskan pegangan Agni dan berjalan menuju Angel.
“Gue ngga nyangka Ngel, kalo gitu mulai sekarang kita PUTUS” ujar Rio santai sambil menekan kata PUTUS, kontan membuat Angel mengangga dan menggeleng.
“Ngga. Aku ngga mau putus dari kamu Yo, aku sayang kamu” ujar Angel memohon pada Rio, Angel mencoba memegang tangan Rio tapi langsung ditepis Rio.
“Keluar” desis Rio tajam, Angel sampai bergidik mendengar Rio bicara seperti itu. Angel mematung ditempat membuat Rio menatapnya garang, “Gue bilang KELUAR” teriak Rio tepat dihadapan Angel, bukan hanya membuat Angel tersentak tapi juga kedua penghuni lain diruangan itu terlonjak mendengar teriakan Rio. Air mata Angel mulai mengalir, perlahan ia berbalik dan pergi meninggalkan UKS, sebelum benar-benar menghilang Angel sempat menatap tajam kearah Agni.

***
Semenjak kejadian itu Angel tidak pernah lagi menampakkan dirinya di Dirgantara Senior High School, dan kejadian itu juga membuat Agni menjadi dekat dengan Ray, entah mengapa Agni merasa nyaman jika berada didekat Ray, sama seperti ketika dia berdekatan dengan Rio. Agni heran dengan perasaannya, mungkinkah dia jatuh cinta?, entahlah Agni sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu, dia hanya menjalani apa yang ada dihadapannya. Selain itu, Agni juga merasakan perubahan sikap Rio. Rio sekarang jadi Over Protective padanya jika berdekatan ataupun menyangkut segala hal yang berhubungan dengan Ray. Agni bingung, kenapa Rio bersikap seperti itu? tidak biasanya Rio mengaturnya berdekatan dengan seseorang. Biasanya Rio tidak terlalu mempedulikannya, apalagi jika Rio tau dan kenal dengan orang itu, maka Rio akan mempercayainya, tapi kali ini tidak, Rio seolah tidak mempercayai Ray untuk bisa menjaga Agni, Rio terkesan takut Ray akan merebut Agni dari dirinya.
“Mau kemana Ag? Rapi bener” sapa Rio ketika melihat Agni sudah rapi, dengan kaos putih yang agak kebesaran dengan gambar grafity didepannya, rambut panjangnya diikat asal, jins hitam panjang, dan kets putih menghiasi kakinya. Simple, gaya yang menjadi ciri khas Agni. Agni menghampiri Rio yang sedang duduk menonton televisi.
“Mau jalan sama Ray” jawab Agni singkat, ikut menikmati Chitato yang dimakan Rio. Mendengar nama Ray, kontan Rio langsung menatap Agni tajam, Agni sendiri sampai merinding melihatnya. “Kak Rio kenapa? Kok ngeliatin Agni gitu” ujar Agni sedikit ketakutan melihat tatapan Rio.
“Kamu ngga boleh pergi” ujar Rio dengan penuh penekanan disetiap katanya, Agni terlonjak mendengar perkataan Rio barusan dan menatap Rio tidak percaya.
“Kenapa ngga boleh? Agni janji deh ngga pulang malem” tanya dan janji Agni, terlihat kalau dia memohon pada Rio.
“Sekali kakak bilang ngga, ya ngga… Agnia Arsyailendra” tegas Rio sekali lagi, kali ini Agni tidak habis pikir kenapa Rio bisa jadi seperti itu.
“Kakak apa-apaan sih. Kenapa jadi ngelarang Agni gitu? Agni ngga suka kak, pokoknya Agni mau keluar” balas Agni sengit tanpa memandang Rio sambil melipat tangannya didepan dada, kebiasaan Agni kalo lagi marah atau ngambek.
“NGGA, kamu ngerti ngga sih. Kakak udah bilang NGGA, ya harus NGGA” Rio menatap Agni tajam sedangkan Agni menatap Rio marah, dan seketika langsung berlari menuju kamarnya. Rio menghela napas ketika melihat punggung Agni yang mulai menjauh. “Maafin kakak Ag” lirih Rio mencoba kembali melanjutkan aktivitasnya.
Dikamarnya, Agni tak berhenti menggerutu kesal karena tingah aneh Rio barusan. Dengan segera Agni membanting tubuh mungilnya kebed, Agni menatap lurus langit-langit kamarnya. Agni masih tidak habis pikir kenapa Rio bisa bersikap seperti itu. Dengan segera Agni langsung menyambar BlackBerry-nya, berniat memberi tau Ray kalau rencana mereka gagal.

To : Ray ‘GoCap’
Ray sorry, gue ngga bisa hari ini
Kak Rio ngelarang gue keluar

Agni menekan tombol send pada keypard BlackBerry-nya. Sesekali Agni memutar BalckBerry-nya itu sambil berpikir tingkah aneh Rio barusan. Agni tidak menyangka Rio bisa berbuat seperti itu, cukup lama Agni merenung sampai akhirnya Agni merasa BlackBerry-nya bergetar.

From : Ray ‘GoCap’
Ohh, yaudah kalo gitu.
Ngga apa-apa kok
Lain kali aja

Agni memutuskan untuk mengabaikan pesan dari Ray, melempar sembarangan BlackBerry-nya lalu mulai memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri dengan cara tidur tanpa melepas sepatu dan mengganti bajunya, Agni langsung terlelap. Disisi lain, Rio merasa bersalah langsung menghampiri Agni dikamarnya, berniat meminta maaf. Rio membuka pintu kamar Agni perlahan kemudian masuk. Terlihat Agni sedang memeluk gulingnya, Rio hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Agni. Segera saja Rio mendekat kearah Agni kemudian melepaskan sepatu dan kaos kaki yang dikenakan Agni tadi, Rio menyelimuti Agni sambil menatapnya dalam, mencoba menyalurkan rasa yang selama ini dipendamnya.
‘Semoga ini cepet berakhir’ batin Rio berdoa, setelah puas memandangi Agni, Rio keluar dari kamar Agni yang sebelumnya mencium lembut pipi chubby Agni.
Rio kembali ke kamarnya, duduk termenung dibalkon kamarnya sambil memeluk gitar cokelat kesayangannya. Berkali-kali Rio menghela napas berat, merasa lelah dengan semua yang dihadapinya, sering kali Rio merasa ingin menyerah, tapi disini lain dia tidak ingin orang yang disayanginya terluka. Perlahan Rio mulai memetik senar gitarnya.

Think of me, think of me waking,
silent and resigned.
Imagine me, trying too hard
to put you from my mind.
Recall those days
look back on all those times,
think of the things we'll never do -
there will never be a day,
when I won't think of you . . .

***
“Pag…” sapaan Agni terhenti ketika melihat bunda dan ayahnya sudah duduk manis dimeja makan dan tentu saja sudah bersama Rio yang sibuk dengan roti cokelat dan susu vanillanya. “Lho, bunda sama Ayah kapan pulangnya? Kok Agni ngga tau sih” tanya Agni sambil berjalan mendekati bundanya, sang bunda dan ayahnya tersenyum.
“Gimana kamu bisa tau coba?, kamunya aja tidur dari sore, udah dibangunin malah ngga bangun-bangun lagi” jawab sang bunda santai, Agni terlihat berpikir kemudian menepuk jidatnya perlahan.
“Bunda sama Ayah ngga pergi lagi kan? Agni bosen dirumah kalo Cuma berdua sama kak Rio” gerutu Agni sambil mengerucutkan bibirnya, Ayahnya yang berada disamping Agni mengelus kepalanya lembut.
“Ngga kok sayang, tenang aja” ujar Ayahnya lembut, membuat Agni mengembangkan senyum manisnya.
“Ayo Ag, telat nih” ajak Rio sambil meminum susu vanilanya, Agni menanggguk kemudian bergantian mencium pipi ayah dan bundanya lalu berlalu menyusul Rio yang sudah didepan.
Senyum Agni merekah ketika tiba di Dirgantara Senior High School, dia bertemu dengan Ray yang kebetulan saat itu juga sedang memarkirkan cagiva merahnya yang hanya selisih beberapa meter dari tempat Rio memarkirkan CBR putihnya. Seperti biasa, belum sempat Rio menghentikan CBRnya sengan sempurna, Agni sudah melompat turun dan langsung menghampiri Ray yang sudah menunggunya. Melihat itu, Rio hanya bisa menahan amarahnya dan memukul pelan bagian depan motornya, tanpa sadar Rio menggenggam kalung berbandul cincin yang tersembunyi dibalik kemeja sekolahnya.
“Pagi IPY….” Sapa Agni ketika tiba dikelasnya, Ify menatap Agni bingung. Tumben-tumbenan cerah gitu mukanya, pikir Ify ketika melihat Agni.
“Pagi Agnoy, eh lo tumben banget senyum gitu pagi-pagi. Ada apaan? Ngga ngambek sama kak Rio lagi” cerocos Ify tanpa ampun, Agni menatap temannya itu dengan senyum penuh arti.
“Ngga ada apa-apa sih, biasa aja. Hari ini gue ngga ngambek sama kak Rio” jelas Agni, Ify menghela napas lega. “Tapi marah” lanjut Agni yang seketika membuat Ify menghentikan aktifitasnya.
“Kenapa?” tanya Ify menatap Agni penuh tanya.
“Gimana ngga marah coba? Kemaren itu gue udah janjian sama Ray mau jalan, eh pas gue izin malah ngga boleh keluar sama kak Rio”
“Lho kok aneh sih Ag, biasanya kak Rio ngizinin apalagi kalo dia tau lo perginya sama siapa. Kok kali ini ngga ya” tanggap Ify, sedikit heran mendengar cerita sahabatnya itu, Agni hanya mengangkat bahunya pelan kemudian meraba jari manisnya perlahan, ada yang aneh? Kenapa jarinya terasa asing, kemana cincinnya? Agni menatap jarinya tidak percaya, seketika ekspresinya berubah.
“Ify, lo liat cincin gue ngga?” tanya Agni menatap sekitarnya, Ify menatap Agni yang sibuk mengeluarkan barang-barang yang ada diranselnya.
“Lah, biasanya kan dijari lo Ag. Kenapa? ilang ya?” jawab dan tanya Ify, Agni hanya mengangguk sambil sesekali menunduk kebawah, kalau-kalau cincin itu terjatuh.
“Duh gimana nih Fy?” Agni masih sibuk memeriksa sekitarnya.
“Yaudahlah Ag, kan bisa beli yang lain” saran Ify, kontan Agni menatapnya tajam tapi berkaca-kaca.
“Ngga bisa Fy, gue ngga mau yang lain. Gue Cuma mau cincin gue” tegas Agni kembali mencari disekitarnya, Ify menatapnya heran.
“Nyari ini kan?” terdengar suara berat berasal dari depan kelas Agni, mendengar itu Agni dan Ify langsung menatap orang itu yang memegang cincin Agni. Melihat itu Agni langsung tersenyum manis.
“Thanks Ray, gue ngga tau gimana jadinya kalo cincin ini ilang” ujar Agni semangat, orang itu –Ray- tersenyum lebar sambil menangguk melihat reaksi Agni.

***
Selama disekolah pun Agni mengabaikan Rio, berkali-kali Rio sudah mencoba mendekati Agni tapi selalu diabaikan, hari itu Rio benar-benar dianggap angin oleh Agni. Sebenarnya Rio sendiri menyesali perbuatan bodohnya kemarin tapi mau bagaimana lagi? Ia tida bisa melihat Agni bersama orang lain selain dirinya, jika itu terjadi Rio sendiri tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Hanya satu yang ada diisi kepala Rio. Agni miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya!. Egois? Memang, tapi itulah isi hati dan pikiran Rio.
“Lho Yo, Agni mana? Ngga bareng kamu?” tanya sang bunda ketika Rio lewat dihadapannya, Rio menatap bundanya bingung kemudian menggeleng perlahan.
“Ngga bun, tadi kata temennya Agni udah pulang. Emang sekarang belum nyampe?” jawab dan tanya Rio. Mendengar penuturan anaknya, ekspresi bunda Rio berubah cemas. Sekarang sudah hampir sore dan Agni tidak ada dirumah. Kemana anak itu sekarang?, mungkin begitu yang ada dipikiran bundanya dan Rio.
“Yo, kamu cari Agni. Bunda ngga mau dia kenapa-napa. Cepet” perintah sang bunda, Rio melemparkan ranselnya asal kemudian melangkah keluar tapi baru saja dia ingin melangkahkan kakinya, Rio malah dicegah oleh bundanya. “Tunggu Yo” cegah sang bunda, Rio menatapnya penuh tanya. “Ngga usah cari dia, nih Agni SMS bunda, katanya dia lagi main sama temennya dulu, jadi pulangnya agak telat” jelas sang bunda, ekspresinya juga sudah berubah menjadi lebih tenang.
‘Temennya? Siapa?. Ify kan tadi pulang bareng Alvin’ batin Rio menatap bundanya, detik kemudian dia menghela napas dan duduk disamping bundanya. “Bun…” panggil Rio lirih sambil menundukkan kepalanya. Sang bunda menatap Rio penuh tanya. “Sampe kapan kita gini bun? Rio ngga sanggup, lebih baik kita certain semuanya sama Agni. Rio ngga mau kehilangan dia bun” jelas Rio mencurahkan apa yang selama ini mengganjal dihatinya, sang bunda menatapnya iba kemudian mengelus rambut anaknya perlahan.
“Kamu sabar ya sayang, belum waktunya kita ngasih tau Agni yang sebenarnya sekarang, kalo kita ngasih tau dia sekarang, dia bakal shock. Lagian, kan udah bunda bilang, Agni itu milik kamu. Dan selamanya akan gitu” ujar sang bunda beralih mengelus punggung Rio, sedangkan Rio menghela napas berat.
“Iya, tapi sampe kapan bun? Rio ngga sanggup liat Agni deket sama orang lain selain Rio, dan bunda tau? Sekarang itu Agni lagi deket sama temennya yang namanya Ray. Rio sakit ngeliatnya bun, Rio ngga sanggup” perlahan cairan bening itu mengalir dipipi Rio, hatinya perih ketika harus mengingat itu.
“Rio… sabar sayang, ini semua juga demi Agni, demi kalian. Kamu sama Agni udah terikat dan ngga mungkin putus gitu aja. Bunda yakin kalo nantinya Agni bakal lebih milih kamu daripada Ray itu” hibur sang bunda kembali mengelus punggung Rio perlahan.
“Tapi bun, gimana kalo Agni lebih milih Ray daripada Rio? Gimana kalo Agni Cuma nganggep Rio kakaknya? Padahal Agni itu bukan adik kandung Rio dan dia juga bukan anak kandung bunda sama ayah” teriak Rio, air matanya kembali mengalir.

PRAAANG…
Tanpa sadar Agni menyenggol vas bunga yang kebetulan berada disampingnya, Agni refleks melakukan itu ketika mendengar penuturan Rio barusan. Sedangkan sang bunda dan Rio? Menatap Agni dengan pandangan yang… entahlah, seperti menyesal dan juga takut. Takut kalau Agni kenapa-napa setelah mendengar itu. Tanpa Agni sadari, cairan bening mengalir deras di pipi chubbynya. Ia masih tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Rio barusan, Agni merasa bagai disamber petir disiang bolong. Seketika Agni merasa kakinya melemas, menatap bunda dan Rio dengan tidak percaya, berkali Agni menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Ag… Agni” panggil Rio terbata menatap Agni tidak percaya.
“Hiks… jelasin sama Agni hiks, apa maksud omongan hiks kak Rio tadi? hiks” tanya Agni disela tangisnya. Berkali Agni mencoba menghapus air matanya tapi semakin ia mencoba menghapusnya, semakin cepat air mata itu keluar dari mata beningnya.
“Ag, kamu jangan salah paham dulu sayang. Kita ngelakuin itu karena…”
“Kenapa kalian tega bohongin Agni selama ini? kalo Agni bukan anak kandung bunda sama ayah, Agni anak siapa? Siapa orang tua kandung Agni, bun?” teriak Agni histeris sambil menutup telinganya.
“Agni dengerin dulu, kita bakal jelasin semuanya kalo ayah udah pulang” ujar Rio mencoba membujuk Agni, perlahan Rio mencoba mendekati Agni tapi Agni malah menjauh.
“Jangan deketin Agni, Agni benci sama kak Rio. Kak Rio tega bohongin Agni” teriak Agni dan langsung berlari menuju kamarnya tanpa mempedulikan panggilan bunda dan Rio. Rio menatap kepergian Agni itu perih, menyesal karena sudah membicarakan itu pada bundanya.

***
Agni merasa dadanya sesak, penglihatannya mulai berkunang dan ia merasakan sakit yang teramat pada kepalanya. Agni meremas kepalanya keras, berharap itu bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya. Agni merasa sekelilingnya berputar cepat, hingga akhirnya Agni merasakan gelap yang teramat.
“Bagaimana keadaannya dok?” terdengar suara berat sedang berbicara pada dokter yang menangani Agni, perlahan dokter itu menghela napas.
“Agni tidak apa-apa pak, hanya saja dia terlalu keras berpikir hingga akhirnya Agni merasakan sakit kepala. saya rasa sakit kepala itu ada efek kecelakaan yang dirasakan Agni beberapa tahun yang membuat dia amnesia. Akibat terlalu berat beban pikiran itu makanya Agni bisa pingsan. Tapi tenang saja itu tidak berdampak buruk bagi kesehatan Agni, malah itu bisa menjadi awal Agni bisa mengingat semua masa lalunya” jelas dokter itu panjang lebar.  Terlihat Rio dan kedua orang tuanya menghela napas lega. “Kalau begitu saya permisi pak” pamit sang dokter sambil keluar dari kamar Agni, Rio dan kedua orang tuanya kontan mengangguk.
“Bun… bunda” lirih Agni mengerjap beberapa saat, mencoba melihat lebih jelas keadaan sekitar. Mereka Agni mulai sadar ketiganya langsung mendekat kearah Agni.
“Agni… Kamu ngga apa-apa kan sayang?” tanya sang bunda menatap Agni cemas. Agni hanya mengangguk lemah.
“Ceritain sama Agni bun. Agni pengen tau semuanya” tanya Agni langsung, membuat ketiganya tersentak.
“Agni jangan sekarang ya sayang, kamu istirahat aja dulu” bujuk sang bunda, Agni menggeleng keras menatap ketiganya dengan pandangan memohon. “Oke, bunda akan ceritain semuanya sama kamu” ujar sang bunda duduk disebelah Agni yang menatapnya dengan pandangan ingin tau. “Seperti yang kamu denger tadi, kamu bukan anak kandung bunda sama ayah dan kamu juga bukan adik kandung kak Rio. Kamu anak mama Uchi dan papa Joe, mereka orang tua kandung kamu. Dan satu lagi, kamu sebenarnya amnesia sayang, makanya kamu ngga inget masa kecil kamu. Yang kamu inget Cuma saat kamu udah kelas dua SMP. Saat itu kamu dan orang tua kamu kecelakaan saat pulang sari rumah bunda, bunda juga ngga tau apa penyebab kalian bisa kecelakaan. Mobil kalian masuk jurang, dan kamu yang saat itu kelas satu SMP terlempar keluar dari mobil, beberapa saat setelah mobil kalian masuk jurang, mobil itu meledak” bunda Winda menghela napas panjang, Agni yang mendengar itu langsung menangis kecil, ayahnya mengelus rambut Agni perlahan. “Saat bunda sama ayah denger kabar itu, kita langsung ke tempat kejadian itu, awalnya bunda ngira kalo kamu ikut dalam ledakan mobil itu. tapi ternyata Tuhan masih sayang sama kamu, ada penduduk yang nemuin kamu dengan luka yang cukup parah. Sekujur badan kamu lecet dan benturan keras dikepala kamu, makanya kamu amnesia. Dan sebenernya hari itu adalah hari pertunangan kamu sama Rio, sayang” lanjut bunda yang membuat Agni terbelalak dan menatap Rio tidak percaya.
“Tu-Tunangan bun?” tanya Agni, mencoba meyakinkan kalau telinganya masih berfungsi dengan baik. Bunda mengangguk mantap.
“Iya sayang, kamu liat cincin yang kamu pakai” suruh bunda sambil menunjuk cincin yang melingkar manis dijari manis tangan kiri Agni, Agni menatapnya kemudian melepas cincin itu perlahan. “Didalem cincin itu ada ukiran nama kalian berdua” lanjut sang bunda, Agni melihat kebagian dalam cincin. Seketika Agni terbelalak melihat apa yang dilihatnya, ukiran nama RioNi [Rio] pada cincin Agni itu.
“Ta-tapi bun, kalo emang iya kenapa kak Rio ngga pake cincin yang sama kaya’ Agni?” tanya Agni sedikit heran, kemudian mengalihkan pandangannya pada Rio. Perlahan Rio mengeluarkan apa yang selama ini disembunyikannya, kalung berbandul cincin pertunangannya bersama Agni, didalamnya juga ada ukiran RioNi [Agni], Agni tersentak melihatnya.
“Kamu tau sayang, saat kamu amnesia kami bingung gimana mau memperkenalkan diri didepan kamu. Sampai akhirnya kamu ngira kalau Rio itu kakak kamu. Ngeliat kamu yang seneng banget, bunda sama ayah ngga bisa buat apa-apa lagi selain mengiyakan ucapan kamu. Kamu tau? Saat itu Rio ngamuk, dia ngga mau jadi kakak kamu karena nyatanya dia itu tunangan kamu. Rio sampe ngunciin diri dikamarnya” jelas sang bunda sambil tertawa kecil, sedangkan Rio? Mukanya sudah berubah menjadi kemerahan.
“Trus kenapa kalo boleh Agni tau, sebenernya nama Agni yang sebenernya siapa bun? Arsyailendra kan nama belakang dari keluarga ini”
“Sebenernya nama kamu itu Agnia Hartawan, putri tunggal dari Uchi dan Joe Hartawan” jawab sang bunda, Agni hanya mengangguk kecil, hatinya mulai terasa tenang setelah tau yang sebenarnya. sepertinya dia sudah bisa menerima kenyataan. Agni mengalihkan pandangannya menuju Rio yang masih tertunduk. Sekarang Agni menyadari kenapa dia tidak pernah setuju Rio dekat dengan cewek lain. Cemburu? Mungkin, jika mengingat kalau dirinya adalah tunangan Rio. Agni tersenyum geli melihat ekspresi Rio, terlihat sekali kalau pemuda itu masih gelisah, mungkin karena Agni tidak bertanya lebih lanjut soal pertunangan mereka.
“Yaudah bun kalo gitu, makasih selama ini bunda sama ayah udah mau jagain Agni. Agni ngga tau gimana mau bales kalian?” ujar Agni tulus, sang bunda tersenyum kemudian memeluk Agni lembut dan ayahnya mengelus kepala Agni sayang.
“Kalo gitu sekarang kamu istirahat ya, jangan mikirin yang aneh-aneh dulu. Bunda takut kamu pingsan lagi” perintah sang bunda, Agni mengangguk mengerti sambil membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Rio mengernyitkan dahinya heran, lho kok disuruh tidur sih? Gimana nasib status gue nih, pikir Rio bingung kemudian mengikuti langkah kedua orang tuanya.
Merasa kamarnya sudah kosong, Agni membuka lagi matanya dan tersenyum penuh arti. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, selang berapa lama Agni kembali memejamkan matanya.

***
Hari perpisahan Agni dan angkatannya, Rio yang memang lebih tua dari Agni sudah lulus terlebih dahulu dan melanjutkan sekolahnya di London, salah satu sekolah incarannya.
Sepasang remaja ini terlihat begitu menikmati pemandangan danau dihadapan mereka. Terlihat sekali raut kebahagiaan diwajah keduanya. Sesekali mereka tertawa dan saling mengejek satu sama lain. Semenjak kejadian itu, Agni sudah bisa menerima semuanya, awalnya memang sulit tapi ia berusaha bersikap dewasa, walaupun keluarga kandungnya sudah tidak ada. Setidaknya Tuhan masih mengirimkan keluarga Rio untuk menjaga dan berada disampingnya. Agni tersenyum jika mengingat hal itu, tidak menyangka kalau orang yang selama ini dianggapnya kakak itu adalah tunangannya sendiri. Agni menyadari kalau rasa tidak sukanya pada Angel karena cemburu seorang cewek kepada cowoknya bukan cemburu seorang adik kepada kakaknya. Agni menghela napas lega, walaupun dia belum bisa mengingat semuanya, setidaknya ia hanya ingin menjalani apa yang ada dihadapannya saat ini.
“Hhhh, gue ngga nyangka bakal gini Ray” ujar Agni menatap Ray yang sibuk dengan gitarnya sambil tersenyum manis. “Wajar aja selama ini gue sering bingung kalo ditanya tentang masa-masa SD gue, ternyata gue amnesia” lanjut Agni, perlahan Ray mengelus kepalanya lembut.
“Udahlah, semuanya udah lewat. Hadapi aja apa yang ada didepan lo” saran Ray membuat Agni mengangguk setuju sambil tersenyum manis. “Eh iya, lo ngga jemput kak Rio. Dia kan pulang hari ini” tanya Ray, kontan membuat Agni menepuk jidatnya perlahan dan langsung berdiri.
“Astaga, gue lupa Ray. Yaudah kalo gitu gue duluan ya” pamit Agni setengah berlari menuju Audy birunya.

***
Pemuda manis ini terlihat celingak-celinguk melihat kalau-kalau orang yang ditunggunya sudah tiba. Tapi hasilnya nihil, orang yang dimaksudnya tidak ada. Ia mendesah napas perlahan sambil melepas kacamata minus yang bertengger manis dihidungnya. Sesekali ia melihat arlojinya, kebiasaaan, pikirnya saat itu. pemuda ini berbalik ketika mendengar langkah kaki yang mendekat kearahnya, kontan saja ia melipat tangannya didepan dada sambil menatap gadis dihadapannya itu dengan tatapan marah.
“37 menit 54 detik” ujar pemuda itu santai, gadis dihadapannya itu hanya nyengir sambil menunjukkan jari tengah dan telunjuknya.
“Hehehe, maap kak, tadi Agni abis main sama Ra..y. Oups” ujar gadis itu –Agni- nyengir sambil menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat reaksi pemuda dihadapannya itu sudah berubah.
“Oh, bagus ya sekarang kamu lebih utamain dia daripada kak Rio” ucap pemuda itu –Rio- menatap Agni tajam, yang ditatap hanya nyengir garing.
“Aelah kak, lagian kan ini pertama kalinya Agni telat. Lagian Agni sama Ray ngga ngapa-ngapain kok Cuma main aja. Ngga kaya’ kak Rio sama kak Angel dulu tuh sampe pegengan tanganlah, pelukanlah. Kalo Agni tau kak Rio itu tunangan Agni, udah Agni…” Agni shock dan terdiam ketika sesuatu yang lembut menyambar pipinya, omongan Agni seketika terhenti dan Agni seperti orang lingung. Perlahan Agni mengelus pipinya perlahan, bekas ciuman kilat dari Rio. Rio hanya tersenyum geli melihat reaksi berlebihan dari Agni.
“Jiah, malah bengong. Pulang yuk” ajak Rio sambil merangkul pinggang Agni yang masih mematung akibat ulahnya. “Udah dong Ag, jangan bengong gitu. Ntar kesambet” ujar Rio santai ketika mereka menuju ke mobil Agni. Agni tersadar kemudian menatap Rio tajam dengan matanya yang menyipit, Rio yang tau keadaan sekitar tidak baik segera saja melepas rangkulannya dan…
“Kabooooorrrrrrrrr” teriak Rio sambil berlari menjauhi Agni.
“Kak Rio jangan lariiiiiiiiiiiii” ujar Agni mengejar Rio yang sudah berada lumayan jauh dari depannya.



~FIN

1 komentar: